Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell di acara IMF pada Kamis (9/11) memicu aksi jual di pasar obligasi global. Powell menyatakan bahwa para pejabat The Fed belum yakin terhadap efek restriksi dari kebijakan moneter terhadap target inflasi saat ini.
Hal ini mendorong yield obligasi pemerintah Amerika Serikat alias US Treasury (UST) tenor 10 tahun naik sebesar 13 bps menjadi 4,62%. Sejalan dengan itu, indeks obligasi S&P untuk developed markets dan EMBI untuk emerging markets menurun 0,3%.
"Kami melihat tekanan jual di pasar global sebagai katalis untuk kenaikan yield INDOGB tenor 10 tahun menuju target prediksi kami di 6,9%-7,1%," kata Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi, Jumat (10/11).
Baca Juga: Bursa Saham Asia Merosot Karena Komentar Powell yang Hawkish Membebani Pasar
Secara fundamental, langkah ini merupakan upaya Powell untuk tetap menjaga level restriksi keuangan di industri finansial Amerika Serikat, terutama melalui mekanisme pasar atas instrumen UST tenor 30 tahun.
Para pelaku pasar tetap merasa yakin bahwa suku bunga acuan The Fed akan bertahan di 5,5% pada bulan Desember dengan probabilitas 85%. Akan tetapi, gejolak pasar mungkin terjadi bila data inflasi CPI AS bulan Oktober 2023 yang dirilis pada Selasa depan (14/11) menunjukkan kenaikan laju inflasi menjadi 0,4% mom, dari 0,3% mom pada September 2023.
Lionel memperkirakan yield INDOGB atau surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun akan bergerak naik ke rentang 6,8%-6,9% pada Jumat (10/11). Hal ini disertai dengan depresiasi rupiah ke rentang Rp 15.650-Rp 15.750 per dolar AS. Surat Berharga Negara (SBN) yang menarik dilirik adalah seri FR0096, FR0097, FR0098, FR0100, dan FR0101.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News