kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.255   -55,00   -0,34%
  • IDX 7.057   -8,46   -0,12%
  • KOMPAS100 1.055   -0,65   -0,06%
  • LQ45 828   -2,28   -0,27%
  • ISSI 215   0,07   0,03%
  • IDX30 424   -0,68   -0,16%
  • IDXHIDIV20 513   0,21   0,04%
  • IDX80 120   -0,17   -0,14%
  • IDXV30 125   0,79   0,63%
  • IDXQ30 142   0,12   0,08%

Inflasi AS diprediksi masih rendah, rupiah punya peluang menguat


Selasa, 16 Maret 2021 / 15:40 WIB
Inflasi AS diprediksi masih rendah, rupiah punya peluang menguat
ILUSTRASI. Spread antara US Treasury 10 tahun dengan SBN acuan 10 tahun berpotensi berada di kisaran 4,5%-5,0%.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kekhawatiran pasar akan terjadinya lonjakan angka inflasi di Amerika Serikat (AS) dinilai kemungkinan tidak akan terjadi. Hal ini diungkapkan oleh Chief Economist Tanamduit Ferry Latuhihin berdasarkan dari kebijakan yang diambil oleh The Fed sejauh ini.

“Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya soal target baru inflasi dari The Fed yang berada di level rendah secara jangka pendek, menunjukkan langkah The Fed ke depan sudah dipahami oleh pasar,” kata Ferry dalam Tanamduit Market Outlook yang diselenggarakan secara virtual, Senin (15/3).

Selama pandemi Covid-19, The Fed sudah menurunkan suku bunga acuan sebesar 150 basis poin menjadi di kisaran 0%-0,25%. Sejak itu, The Fed menunjukkan komitmennya dengan upaya menjaga suku bunga acuan tetap berada di kisaran 0%, setidaknya hingga 2023.

Menurut Ferry, hal ini juga didukung oleh dengan definisi yang lebih inklusif dari mandat ketenagakerjaan dan penerapan kerangka average inflation targeting (AIT) atau penargetan inflasi rata-rata pada Agustus 2020.

Baca Juga: Rupiah melemah 0,05% ke Rp 14.410 per dolar AS pada akhir perdagangan Selasa (16/3)

“AIT pada akhirnya semakin menguatkan ekspektasi bahwa kebijakan suku bunga akan tetap rendah dalam waktu yang lama. Bahkan, AIT secara umum juga dianggap sebagai komitmen untuk menoleransi ketika angka inflasi overshoot,” imbuh Ferry.

Dengan demikian, secara jangka panjang Ferry meyakini rupiah punya kesempatan untuk menguat terhadap dolar AS. Tapi dalam jangka pendek, pasar masih akan dikendalikan oleh kekhawatiran dan kerakusan akibat bounded rationality.

Pada Selasa (16/3), kurs rupiah spot masih berada di Rp 14.410 per dolar AS. Nilai tukar rupiah ini cenderung melemah dalam sepekan.

“Besar kemungkinan, BI tidak akan meningkatkan suku bunga acuan. Sementara spread antara US Treasury 10 tahun dengan SBN acuan 10 tahun berpotensi berada di kisaran 4,5%-5,0% seiring premium risk yang dimiliki Indonesia,” pungkas Ferry.

Artinya, jika yield US Treasury 10 tahun hari ini berada di berada di 1,6%, maka yield SUN tenor 10 tahun berpotensi untuk berada di 6,1% hingga 6,5%.

Baca Juga: IHSG turun 0,23% ke 6.309 pada Selasa (16/3), saham BBRI paling banyak dibeli asing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×