kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.471   -8,29   -0,11%
  • KOMPAS100 1.155   0,80   0,07%
  • LQ45 915   1,71   0,19%
  • ISSI 226   -0,58   -0,26%
  • IDX30 472   1,50   0,32%
  • IDXHIDIV20 570   2,43   0,43%
  • IDX80 132   0,27   0,20%
  • IDXV30 140   1,10   0,79%
  • IDXQ30 158   0,52   0,33%

Industri Rokok Diramal Masih Menantang, Simak Rekomendasi Saham GGRM, HMSP, dan WIIM


Rabu, 14 Februari 2024 / 17:39 WIB
Industri Rokok Diramal Masih Menantang, Simak Rekomendasi Saham GGRM, HMSP, dan WIIM
ILUSTRASI. Pada setahun penuh 2024, industri rokok masih akan menantang.


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada setahun penuh 2024, industri rokok masih akan menantang. Momentum pemilihan umum (pemilu) 2024 juga dinilai tidak mengangkat permintaan rokok. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan upah minimum yang rendah.

Dalam riset 30 Januari 2024, Analis CGS-CIMB Sekuritas Jason Chandra mengatakan, secara historis, volume industri rokok melemah ketika kenaikan cukai melebihi penyesuaian upah minimum. Hal ini diprediksi akan terjadi pada setahun penuh 2024.

"Menurut kami, lonjakan persediaan distributor akan semakin membatasi penyesuaian harga dalam jangka pendek. Kami memperkirakan bahwa GGRM, HMSP, dan WIIM perlu menaikkan harga produknya masing-masing sebesar 7,3%, 7,8%, dan 11,5%, di setahun penuh 2024," ungkap Jason, Rabu (30/1).

Menurut dia, dengan menaikkan harga, produsen rokok dapat mempertahankan margin. Tetapi hal ini akan sulit untuk diterapkan di tahun ini karena daya beli yang masih lemah. Alhasil, margin emiten rokok akan terus tergerus.

Baca Juga: Diversifikasi Bisnis Memoles Prospek Saham HMSP

Secara historis, volume industri meningkat ketika menjelang tahun pemilu. Namun, hingga Januari 2024 (dua pekan sebelum pemilihan umum Februari 2024), peningkatan tersebut belum terlihat.

"Menurut kami saham tembakau Indonesia tidak akan menarik dalam jangka panjang sampai imbal hasil dividen mereka di atas risk-free rate dengan gap yang kurang lebih sama sebesar 1,7%," tutur dia. 

Jason memprediksi, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) masih menunda kenaikan harga produknya sebagai upaya untuk bersaing, untuk memperebutkan pangsa pasar di tengah penyesuaian harga jual. Dia menilai, langkah GGMR ini bisa berdampak negatif terhadap margin.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Gudang Garam (GGRM) yang Tertekan Cukai

Sementara pada PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) masih terdapat tantangan pada segmen sigaret kretek mesin (SKM) yang belum sepenuhnya dikompensasi oleh segmen sigaret kretek tangan (SKT) yang jauh lebih kuat.

PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) mendapatkan keuntungan dari segi daya beli konsumen. WIIM memiliki produk unggulan di segmen SKM dan penerapan diskon harga yang signifikan dibanding pesaingnya.

Alhasil Jason merekomendasikan reduce pada saham GGRM dengan target harga Rp 15.800 per saham, reduce pada saham HMSP dengan target harga Rp 720 per saham, dan hold pada saham WIIM dengan target harga Rp 1.635 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×