Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten perikanan sempat digadang-gadang bakal jadi saham mewah dan menarik seiring kebijakan tol laut gagasan Presiden Joko Widodo di lima tahun pertama pemerintahan. Selain itu, kebijakan penenggelaman kapal asing pencuri ikan oleh menteri kelautan dan perikanan kala itu semakin membuat prospek saham perikanan terpoles sentimen positif.
Hanya saja, saat ini prospek emiten perikanan seakan tenggelam. Hal ini tercermin dari kinerja sejumlah emiten perikanan tahun lalu.
Ambil contoh, PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR). Emiten pengolahan hasil laut (rajungan) ini membukukan pendapatan senilai Rp 62,7 miliar pada tahun lalu atau anjlok hingga 64,7% dari pendapatan tahun 2018. Tahun lalu, PCAR juga merugi Rp 10,25 miliar.
Kinerja PCAR di kuartal ketiga tidak beranjak jauh dari realisasi tahun lalu. PCAR mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 27,1% menjadi Rp 33,82 miliar. Dari sisi bottom line, PCAR pun harus tekor lantaran membukukan kerugian senilai Rp 11,71 miliar.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham Alam Sutera (ASRI) usai restrukturisasi global bond
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai emiten pengolahan ikan belum terlalu prospektif untuk saat ini. Salah satu pemberat kinerja emiten perikanan adalah ancaman karantina wilayah (lockdown) susulan di sejumlah pasar tujuan ekspor seiring meningkatnya kasus positif Covid-19. Hal ini berpotensi untuk menghambat penjualan emiten.
Untuk diketahui, sejumlah emiten pengolahan hasil laut membidik pasar luar negeri sebagai pangsa pasar utama. Kembali melihat kinerja PCAR di kuartal ketiga 2020, sebanyak Rp 33,65 miliar atau 99,49% dari total pendapatan merupakan hasil dari ekspor. Barulah sisanya yang hanya Rp 168,98 juta merupakan hasil dari penjualan ke pasar dalam negeri.
Ambil contoh lain, yakni PT Era Mandiri Cemerlang Tbk (IKAN). Dari total pendapatan di kuartal kedua 2020 yakni sebesar Rp 35,94 miliar, sebanyak Rp 33,22 miliar atau 92% merupakan penjualan ke pasar ekspor.
Baca Juga: Setelah naik 0,87%, IHSG diprediksi kembali bullish pada Rabu (4/11)
Selain itu, Sukarno menilai margin yang dihasilkan emiten di sektor ini juga sangat tipis. “Bahkan gross margin (margin laba kotor) ada juga yang minus, apalagi sampai net profit margin,” ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Selasa (3/11).
Dus, Sukarno menilai untuk saat ini belum ada saham di sektor pengolahan hasil laut yang menarik untuk dikoleksi pelaku pasar. Selain karena kinerjanya yang mayoritas terkontraksi tren harga sahamnya juga masih dalam fase penurunan. Terlebih, secara harga wajar, saham-saham di sektor ini tergolong kurang menarik. Ditambah, likuiditasnya di pasar saham juga kurang likuid.
Baca Juga: IHSG menguat 0,87% pada Selasa (3/11), saham SRIL top gainer LQ45
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News