Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walaupun disokong beberapa sentimen positif, tetapi harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperkirakan masih rentan tekanan dalam jangka pendek. Mayoritas indikator teknikal memberi sinyal koreksi pada Jumat (16/3).
Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan, saat ini, harga berada di bawah garis moving average (MA) 50 yang mengindikasikan pelemahan untuk jangka pendek. Sinyal pelemahan juga diperkuat dengan posisi indikator moving average convergence divergence (MACD) yang berada di area negatif, indikator stochastic melemah di level 38 dan indikator relative strength indeks melemah di level 46.
“Kalau dari teknikal kemungkinannya melemah,” katanya, Kamis. Namun, untuk jangka menengah dan jangka panjang kemungkinan akan terjadi penguatan, karena harganya sudah berada di atas garis MA 100 dan MA 200.
Dalam perhitungan Deddy, Jumat (16/3), harga minyak mentah akan bergerak di kisaran US$ 60-US$ 61,50 per barel. Menurutnya, dari sisi sentimen, pergerakannya akan dipengaruhi oleh rilis jumlah rig aktif AS oleh Baker Hughes.
Kemudian, sepekan berikutnya harga diproyeksikan bisa melemah pada kisaran US$ 59-US$ 61,50 per barel, karena pasar mewaspadai rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.
Sementara Nizar Hilmy, analis PT Global Kapital Investama Berjangka menduga, Jumat (16/3), minyak mentah akan cenderung konsolidasi di area US$ 60-US$ 62 per barel. Sepekan berikutnya, harga minyak akan mengalami tekanan karena adanya rapat pembahasan suku bunga Bank Sentral AS. Rentang pergerakannya di kisaran US$ 58-US$ 63 per barel.
Mengutip Bloomberg, Kamis (15/3) pukul 17.50 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman April 2018 di Nymex menguat tipis 0,02% ke level US$ 60,97 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News