Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks sektor konsumer masih terus tertekan sejak awal tahun. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks IDX Sector Consumer Non-Cyclicals turun 7,99% year to date (ytd) dan indeks IDX Sector Consumer Cyclicals turun 1,63% ytd.
Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Helen menjelaskan penurunan sektor konsumer dipicu oleh beberapa faktor. Pertama, sejumlah emiten mengalami penurunan kinerja pendapatan dan laba bersih.
Kedua, rotasi sektor dari pelaku pasar ketika ekonomi mengalami krisis, sektor defensif tetap bertahan, namun ketika ekonomi mulai ekspansi maka pelaku pasar beralih ke sektor lain yang memperoleh sentimen positif.
"Kemudian, masih terpengaruhnya daya beli masyarakat dari pandemi Covid-19," ujarnya kepada kontan.co.id, Kamis (27/5).
Baca Juga: Analis prediksi kinerja emiten bakal melanjutkan pemulihan hingga akhir tahun
Akan tetapi, Helen memproyeksikan kinerja untuk kuartal II ini akan membaik didukung oleh low base di periode yang sama tahun lalu. Selain itu juga pelonggaran PSBB di tahun ini yang mana tempat-tempat perbelanjaan sudah diperbolehkan dibuka walaupun secara terbatas.
Secara jangka panjang, Phillip Sekuritas juga melihat sektor konsumer masih menarik. Sebabnya, ada beberapa sentimen yang dapat mendorong sektor ini seperti besarnya jumlah penduduk, naiknya kelas menengah, dan program vaksinasi yang diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi.
Lanjutnya, beberapa sentimen yang juga dapat mempengaruhi fundamental sektor konsumer antara lain biaya bahan baku, permintaan masyarakat, marjin keuntungan, serta biaya iklan dan promosi.
Sementara itu, Senior Equity Research Analyst MNC Sekuritas, Victoria Venny menilai penurunan indeks tersebut disebabkan IHSG masih cenderung lagging, di mana market cap yang cukup besar ada di konsumer. Sehingga menjadi mempengaruhi ke outflow di sektor tersebut.
Baca Juga: Sejumlah sektor catatkan kinerja positif pada kuartal I, ini kata analis
"Selain itu market masih wait and see terkait consumer spending masyarakat, karena takutnya masih tertekan akibat pembatasan sosial di awal Januari-Februari 2021," ujarnya.
Victoria meyakini bahwa turunnya indeks sektor konsumer ini bukan faktor utama tertekannya IHSG. Menurutnya, IHSG tertekan lebih karena investor masih wait and see terutama mengenai perkembangan yield US treasur bill. Akibatnya, larinya inflow ke aset-aset yang lebih beresiko seperti kripto dan fokus pada peningkatan kasus Covid-19.
"Justru dampaknya sektor consumer jadi sepi volume dan pergerakan harganya sideways," jelasnya.
Hanya saja, ia juga meyakini dengan adanya Hari Raya Idul Fitri akan cukup mengangkat consumer spending di kuartal II ini. "Kami masih lihat realisasi earnings di kuartal II ini. Untuk saham-sahamnya sendiri masih sangat lagging karena belum ada inflow yang masuk, padahal fundamental cukup baik terutama di ICBP dan INDF," lanjutnya.
Baca Juga: IHSG diramal rebound, cermati saham-saham pilihan analis ini untuk Kamis (29/4)
Dari sana, Victoria memproyeksikan selama daya beli masyarakat belum mengalami peningkatan maka sektor ini masih langging hingga akhir tahun. Hanya saja, ia menilai ada beberapa saham yang fundamentalnya bagus dan valuasi cukup atraktif, seperti INDF, ICBP, dan ERAA.
Selain itu, investor juga bisa memanfaatkan momentum saham rokok seperti HMSP yang akan membagikan dividen dalam waktu dekat.
Oleh sebab itut, ia juga merekomendasikan saham-saham INDF dengan target harga 9.000, ICBP pada level 11.600, dan ERAA di 820. Sementara, Helen merekomendasikan ICBP dengan target harga 11.000, MYOR di level 2.900, dan SIDO di 875.
Selanjutnya: Kinerja HM Sampoerna (HMSP) pada tahun lalu tertekan pandemi dan naiknya tarif cukai
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News