Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
Victoria meyakini bahwa turunnya indeks sektor konsumer ini bukan faktor utama tertekannya IHSG. Menurutnya, IHSG tertekan lebih karena investor masih wait and see terutama mengenai perkembangan yield US treasur bill. Akibatnya, larinya inflow ke aset-aset yang lebih beresiko seperti kripto dan fokus pada peningkatan kasus Covid-19.
"Justru dampaknya sektor consumer jadi sepi volume dan pergerakan harganya sideways," jelasnya.
Hanya saja, ia juga meyakini dengan adanya Hari Raya Idul Fitri akan cukup mengangkat consumer spending di kuartal II ini. "Kami masih lihat realisasi earnings di kuartal II ini. Untuk saham-sahamnya sendiri masih sangat lagging karena belum ada inflow yang masuk, padahal fundamental cukup baik terutama di ICBP dan INDF," lanjutnya.
Baca Juga: IHSG diramal rebound, cermati saham-saham pilihan analis ini untuk Kamis (29/4)
Dari sana, Victoria memproyeksikan selama daya beli masyarakat belum mengalami peningkatan maka sektor ini masih langging hingga akhir tahun. Hanya saja, ia menilai ada beberapa saham yang fundamentalnya bagus dan valuasi cukup atraktif, seperti INDF, ICBP, dan ERAA.
Selain itu, investor juga bisa memanfaatkan momentum saham rokok seperti HMSP yang akan membagikan dividen dalam waktu dekat.
Oleh sebab itut, ia juga merekomendasikan saham-saham INDF dengan target harga 9.000, ICBP pada level 11.600, dan ERAA di 820. Sementara, Helen merekomendasikan ICBP dengan target harga 11.000, MYOR di level 2.900, dan SIDO di 875.
Selanjutnya: Kinerja HM Sampoerna (HMSP) pada tahun lalu tertekan pandemi dan naiknya tarif cukai
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News