kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks PMI manufaktur melambat, simak rekomendasi saham emiten manufaktur


Rabu, 03 Maret 2021 / 19:10 WIB
Indeks PMI manufaktur melambat, simak rekomendasi saham emiten manufaktur
ILUSTRASI. Indeks saham sektor manufaktur juga mengalami koreksi secara year-to-date.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. IHS Markit mengumumkan angka purchasing managers’ index (PMI) manufaktur Indonesia untuk bulan Februari 2021 sebesar 50,9. Pencapaian ini menandai PMI manufaktur Indonesia berada di level ekspansi selama 4 bulan berturut-turut.

Meskipun aktivitas manufaktur kembali mencetak level di atas 50,yang artinya masih berada di level ekspansif, indeks PMI ini melambat dari PMI Manufaktur Januari 2021 yang berada di angka 52,2.

Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Anggaraksa Arismunandar menilai, turunnya angka PMI Manufaktur di Februari 2021 masih disebabkan terganggunya kegiatan operasional karena pandemi Covid-19. Di sisi lain, tingkat permintaan dan daya beli masyarakat juga masih rendah.

“Meski demikian, kami melihat indeks PMI Manufaktur yang masih mampu bertahan di zona ekpansi selama 4 bulan terakhir sebagai suatu hal yang positif,” terang Anggaraksa kepada Kontan.co.id, Senin (3/3).

Baca Juga: Saat IHSG menguat, asing banyak menjual saham-saham ini pada perdagangan, Rabu (3/3)

Bersamaan, indeks saham sektor manufaktur juga mengalami koreksi secara year-to-date. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), per Rabu (3/3), sektor manufaktur terkoreksi 1,72% sejak awal tahun. Indeks sektoral yang berhubungan dengan manufaktur, yakni sektor barang konsumsi, juga terkoreksi 5,53% secara ytd. Ini membuat sektor consumer goods menjadi sektor dengan pelemahan terdalam diantara indeks sektoral lainnya.

Anggaraksa melihat, turunnya indeks sektor manufaktur banyak dipengaruhi oleh saham-saham big cap. Sebagai contoh, saham PT Astra International Tbk (ASII) yang merupakan konstituen terbesar di sektor aneka industri, telah menurun 5,81% secara ytd.

Sementara itu, saham-saham big cap sektor barang konsumsi seperti  PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga serempak masih dalam tren pelemahan. UNVR, ICBP, INDF, HMSP, dan GGRM masing-masing terkoreksi 12,7%, 24,78%, 18,71%, 32,13%, dan 33,54% sejak awal tahun, mengutip data RTI.

Secara umum, Anggaraksa menilai, sektor yang defensif seperti barang konsumsi cenderung kurang atraktif di siklus awal pemulihan seperti saat ini. “Investor lebih senang memburu saham-saham yang berpotensi diuntungkan dari pemulihan ekonomi,” ujar dia.

Baca Juga: IHSG menguat, asing banyak memburu saham-saham ini pada perdagangan Rabu (3/3)

Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu menilai, seharusnya antara indeks PMI manufaktur dengan indeks sektor manufaktur tidak berkolerasi secara langsung. Sebab, PMI manufaktur mengukur tingkat utilitas atau kegiatan manufaktur, bukan soal profitabilitas.

Dalam keadaan normal memang seharusnya keduanya berkorelasi secara langsug. Akan tetapi, karena pendemi Covid-19 masih berlangsung, perusahaan banyak melakukan inisiatif untuk menjaga kelangsungan usaha. Termasuk, misalnya menurunkan harga jual sehingga profitabilitas masih tertinggal.

“Apakah  (PMI manufaktur) ini berati akan melambat terus? Belum dapat disimpulkan, karena bisa saja perlambatan pertumbuhan terjadi sementara saja. Sehingga, perlu dilihat tren jangka panjangnya atau bulan-bulan berikutnya,” terang Chandra saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (3/3).

Rekomendasi saham

Chandra menilai, pelaku pasar seharusnya memilih saham  yang bersifat cyclical seperti otomotif dan properti, terutama perumahan, building material, dan konstruksi. Hal ini karena kondisi sekarang yang masih dalam fase pemulihan (recovery). Pemilihan saham individual tergantung fundamental masing-masing perusahaan.

Hanya saja, Chandra menyebutkan, risikonya adalah jika kasus Covid-19 kembali meledak secara tiba-tiba dan harus menginjak rem darurat.

Sementara, Anggaraksa melihat, saham consumer seperti INDF dan UNVR masih menarik untuk dikoleksi dalam jangka panjang. Selain itu, NH Korindo Sekuritas juga merekomendasikan saham-saham farmasi (yang akan berganti menjadi sektor healthcare) seperti saham PT PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Menurut Anggaraksa, perbaikan penangangan pandemi Covid-19 diharapkan akan mampu memulihkan kegiatan-kegiatan ekonomi, termasuk di industri manufaktur. Selain itu, dia melihat berbagai stimulus seperti pemotongan tarif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk kendaraan roda empat juga berpotensi menjadi katalis positif bagi manufaktur.

Sementara itu, analis RHB Sekuritas Indonesia, Michael Wilson Setjoadi mengatakan, dari saham-saham konsumer saat ini, saham ICBP bisa menjadi pilihan dengan target harga Rp 11.500.

Selanjutnya: PMI Manufaktur RI melambat pada Februari, begini prospeknya di bulan Maret

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×