Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Angin segar tengah berhembus ke pasar obligasi. Langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin menjadi 4,5% berhasil mengangkat indeks obligasi komposit atau Indonesia Composite Bond Index (ICBI) hingga mencetak rekor penutupan baru.
Pada Kamis (24/8), ICBI menguat 0,09% dibanding hari sebelumnya ke level 230,44. Jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu atau year to date (ytd), ICBI telah naik sekitar 10,53%.
Kepala Divisi Operasional Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ifan Mochamad Ihsan melihat, turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia cukup berperan dalam mendorong pergerakan indeks obligasi. Penurunan suku bunga membuat investasi obligasi makin menarik. Dengan risiko relatif kecil, obligasi bisa memberi return lebih besar dibandingkan deposito. "Investor akan mengincar instrumen selain deposito yang memberikan imbal hasil cukup menarik," ujar Ifan, Kamis (24/8).
Menurut dia, kenaikan atau penurunan suku bunga acuan BI umumnya memberikan sentimen jangka panjang. Selama tidak ada sentimen negatif yang menahan, indeks obligasi akan terus melaju.
Di sisi lain, Analis Fixed Income MNC Sekurities I Made Adi Saputra menilai, penurunan suku bunga BI hanya sesaat mempengaruhi pasar jika tidak diikuti dengan penyesuaian suku bunga oleh pihak perbankan. Tanpa hal tersebut akan sulit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Maklum, selama ini pelaku pasar lebih banyak yang menahan belanja karena tidak yakin akan kondisi ekonomi Indonesia ke depan.
"Kalau tidak ada yang berani ekspansi tetap saja sedikit yang masuk ke obligasi," kata Made.
Pengaruh penurunan suku bunga BI terhadap obligasi, menurut Made, baru benar-benar terasa sekitar tiga bulan ke depan. Hasilnya baru akan tercermin pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal tiga.
Faktor eksternal
Sementara dari eksternal, Ifan mengatakan, pertumbuhan indeks obligasi disokong oleh keraguan bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya pada Desember nanti. Beberapa pejabat The Fed meragukan pertumbuhan inflasi Negeri Paman Sam yang belum mencapai 2%. Pernyataan dovish ini membuat pelaku pasar optimistis The Fed akan menahan rencana penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat.
Pelaku pasar juga memperhatikan sentimen jangka pendek, seperti pernyataan Presiden AS Donald Trump yang lebih memilih menutup pemerintahan supaya pendanaan yang dibutuhkan untuk pembangunan dinding pembatas sesuai janji kampanye bisa disetujui. Hal ini dapat meningkatkan persepsi risiko global di mata investor.
Made optimistis pergerakan ICBI hingga akhir tahun masih akan positif. Sedangkan yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun berpotensi turun ke level 6,75% dari posisi saat ini 6,86%. Penurunan yield tersebut akan mendorong penguatan harga obligasi di pasar sekunder sehingga bisa menopang penguatan indeks obligasi.
"Di tengah kebijakan The Fed yang ragu menaikkan suku bunga acuan, modal asing banyak masuk ke negara berkembang," kata Made.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News