Reporter: Anna Suci Perwitasari, Olfi Fitri Hasanah, Umi Kulsum | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Anda yang punya banyak investasi di obligasi boleh girang. Harga obligasi dalam negeri terus melesat tahun ini. Lihat saja pergerakan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang disusun Indonesia Bond Pricing Agency.
Kemarin, ICBI ditutup di level 222,22. Ini adalah posisi penutupan ICBI tertinggi sejak diluncurkan. Bila dihitung sejak awal tahun, ICBI sudah naik sekitar 6,61%.
Artinya, rata-rata investasi di pasar obligasi dalam negeri sejak awal tahun sudah mencetak laba 6,61%. Bandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cuma naik 5,85% di periode tersebut.
Minat investor berinvestasi di obligasi Indonesia tahun ini memang tinggi, termasuk investor asing. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) mencatat, kepemilikan asing di surat utang negara (SBN) per 17 April 2017 mencapai Rp 735,99 triliun, setara 38,85% dari SBN yang diperdagangkan.
Ada beberapa faktor pendongkrak kinerja obligasi. Pertama, angka credit default swap alias CDS Indonesia mengecil. Artinya, investor memandang risiko investasi di Indonesia makin rendah.
Selasa (18/4), CDS tenor 5 tahun tercatat di posisi 138,86, turun 12,04% sejak awal tahun. CDS 5 tahun bahkan sempat turun ke 120,42 (17/3), level terendah sejak 2012.
Kedua, yield obligasi Indonesia masih tertinggi di Asia. Data Asian Bonds Online per 18 April menunjukkan, yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun sebesar 7,07%, melampaui yield obligasi Malaysia yang hanya 4,07%, Filipina 5,42% dan Vietnam 6,05%.
Fund Manager BNI Asset Management Andre Varian menilai, yield US Treasury yang turun dari 2,5% menjadi 2,1%-2,2% turut mendorong investor keluar dari pasar AS. "Otomatis lari ke emerging market," jelas dia, kemarin.
Ketiga, fundamental Indonesia oke. Tren inflasi stabil. Bank Indonesia juga terus menjaga stabilitas suku bunga. Hal ini membuat demand obligasi kian tinggi.
Para pakar yakin prospek investasi obligasi Indonesia masih cerah. Tapi, investor perlu mewaspadai konflik Amerika Serikat dengan Korea Utara dan Suriah, terutama bila terjadi perang.
Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih memprediksi, tanpa menghitung risiko perang, obligasi bisa memberi return hingga 8% tahun ini.
Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga juga menyarankan investor mewaspadai kenaikan inflasi menjelang lebaran. "Tapi ini hanya bersifat sementara," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News