Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada hari kedua kuartal-II rupiah masih bisa bergerak tumbuh. Posisi rupiah saat ini tak terlepas dari rilis data Nikkei tentang manufaktur Indonesia.
Berdasarkan data Bloomberg, pada Selasa (2/4) rupiah ditutup menguat 0,04% di level Rp 14.223 per dollar Amerika Serikat (AS). Sementara dalam kurs tengah Bank Indonesia mata uang Garuda terdepresiasi 0,04% menjadi Rp 14.237 per dollar AS.
Nikkei baru saja merilis data Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia periode Maret yang berada di posisi 51,2. Pencapaian tersebut meningkat sejak Januari 2019. Pada awal tahun PMI Manufaktur Indonesia sempat di posisi 49,9 kemudian naik ke posisi 50,1 pada Februari 2019.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira memandang rilis PMI Indonesia memberi sentimen positif ke bursa saham sehingga investor asing mencatat pembelian bersih sampai Rp 226 miliar pada hari ini. Ia menambahkan rilis data inflasi juga memberi dampak cukup positif karena inflasi berada dalam range target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019. Dilaporkan inflasi bulan Maret hanya sebesar 0,11%.
Akan tetapi jika diamati mata uang Garuda belum bisa terbang terlalu tinggi. Sebab dari faktor global naiknya harga minyak mendekati US$ 70 per barel untuk jenis brent menjadi sinyal bukti pemangkasan pasokan Organization on the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan non-OPEC.
“Ini menahan penguatan rupiah karena harga minyak naik memberatkan defisit migas tahun ini, harusnya rupiah bisa lebih menguat,” tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Selasa (2/4).
Ia memprediksi mata uang Garuda pada Kamis (4/4) akan diperdagangkan di rentang Rp 14.200-Rp 14.250 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News