kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks IDMA sentuh level bawah, SUN masih tetap menarik


Selasa, 03 Maret 2020 / 23:22 WIB
Indeks IDMA sentuh level bawah, SUN masih tetap menarik
ILUSTRASI. Petugas memantau grafik pergerakan penjualan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Dealing Room Divisi Tresuri BNI, Jakarta, Jumat (27/9/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 33,45 poin atau 0,54% ke 6.196,89. ANTARA FOTO/Muhammad Adim


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Turunnya indeks Inter Dealer Market Association (IDMA) ke level terendah dalam tujuh bulan terakhir berpotensi untuk lanjut. Meskipun begitu, daya tarik Surat Utang Negara (SUN) dinilai masih cukup kuat untuk membawa indeks kembali naik.

Sebagai informasi, mengutip Bloomberg pada perdagangan Senin (2/3) indeks IDM tercatat berada di level 99, sekaligus jadi yang terendah dalam tujuh bulan terakhir. Kondisi tersebut sekaligus mencerminkan bahwa harga SUN sudah jatuh ke level terendah selama periode tersebut.

Baca Juga: Tunggu suku bunga dipangkas lagi, indeks IDMA bakal kembali naik

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengakui harga SUN memang sudah menyentuh level terendah dalam tujuh bulan terakhir. Namun kondisi tersebut diyakini tidak akan berlangsung lama, prospek SUN ke depan masih menarik.

"Harga memang sempat menyentuh level terendah karena asing sudah mulai keluar sejak Februari 2020, namun tidak hanya di Indonesia melainkan di pasar lainnya," jelas Ramdhan kepada Kontan.co.id, Selasa (3/3).

Bahkan, apabila isu Corona tidak berhasil ditangani dengan baik Ramdhan melihat masih ada potensi bagi indeks untuk melanjutkan penurunan. Hal ini lantaran pasar cenderung memilih untuk mengambil safe haven dan mengantongi cash di saat kondisi pasar kurang kondusif.

Untuk jangka panjang, Ramdhan menilai prospek SUN masih akan positif apalagi hasil lelang hari ini (3/3) berhasil membukukan penawaran masuk hingga Rp 78,4 triliun yang terbilang cukup tinggi.

"Corona sifatnya sementara dan semoga penanganannya cepat. Untuk saat ini yield diperkirakan masih akan tinggi, namun untuk jangka panjang diperkirakan turun," ungkapnya.

Baca Juga: Indeks IDMA kembali sentuh level terendah

Apalagi, Bank Indonesia (BI) dengan memberikan stimulus bakal memberikan stimulus ppositif, ditambah lagi likuiditas di pasar masih membanjiri SBN Tanah Air, khususnya untuk tenor-tenor di jangka pendek.

Sehingga, SBN tenor pendek dirasa akan lebih menarik karena penurunannya masih kecil dan memiliki risiko rendah, sedangkan untuk tenor 10 tahun dan 15 tahun juga dianggap masih menarik.

Prediksinya untuk sebulan ke depan, yield SUN tenor 5 tahun akan berada di kisaran 6,1% dan 6,2%, sementara untuk tenor 10 tahun bakal di rentang 6,8%.

Begitu juga dengan Direktur Utama Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Wahyu Trenggono yang masih memandang positif prospek SUN ke depan. Menurutnya, di tengah situasi yang tidak pasti, investor butuh instrumen yang bisa memberikan kepastian.

"Agar pasti jangan sampai rugi kalau beli instrumen lain (pasar saham, pasar uang, pasar derivatif), justru investor akan mencari instrumen surat utang yang memberi kepastian return dalam bentuk coupon (bunga) yang tetap," jelas Wahyu kepada Kontan, Selasa (3/3).

Baca Juga: Indeks obligasi kembali cetak rekor

Untuk itu, Wahyu menilai sebagai instrumen investasi yang menawarkan coupon tetap, dan pasti aman lantaran memiliki risiko gagal bayar sangat tipis karena diterbitkan negara, SUN jadi pilihan menarik.

"Tahun ini, SUN masih akan diburu investor, khususnya untuk tenor-tenor jangka pendek sekitar 1 tahun hingga 3 tahun akan jadi incaran," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×