Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd), Indeks High Dividend 20 (IDX High Dividend 20) ambles 32,27%. Penurunan ini bahkan lebih dalam bila dibandingkan dengan penurunan yang dialami Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merosot 26,5% sejak awal tahun.
Sebagai informasi, Indeks High Dividend 20 adalah indeks harga atas 20 saham yang membagikan dividen tunai selama tiga tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) ajukan relaksasi pembayaran utang bank
Penghuni indeks ini terdiri atas beragam sektor. Di sektor pertambangan ada PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).
Dari sisi emiten perbankan, indeks ini diisi oleh bank-bank jagoan seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Di sektor barang konsumsi (consumer goods), ada saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), hingga saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, diantara sektor-sektor tersebut, saham emiten barang konsumsi merupakan sektor yang paling defensif di tengah terjangan Covid-19. Meski demikian, Aria menilai cukup sulit bagi emiten-emiten consumer untuk bisa mencetak pertumbuhan yang maksimal di periode saat ini.
Baca Juga: Indeks High Dividend 20 lebih anjlok dibanding IHSG, ini sebabnya
“Sementara untuk sektor lainnya diharapkan akan pulih ketika pandemik selesai,” ujar Aria kepada Kontan.co.id, Selasa (5/5). Santoso menjatuhkan pilihan pada saham INDF dan GGRM.
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia menilai sektor perbankan juga menjadi sektor yang paling terdampak oleh Covid-19 dan perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik. Hal ini karena masyarakat akan memprioritaskan terlebih dahulu kebutuhan pokok dibandingkan melakukan pinjaman/utang ke bank.
Oleh karena itu, MNC Sekuritas memperkirakan tingkat pinjaman pada akhir 2020 akan bertumbuh di bawah 10% seiring dengan pemangkasan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Kinerja emiten batubara di kuartal I belum terdampak signifikan pandemi corona
Lebih lanjut, Catherina mengatakan sebelum wabah Covid-19 emiten perbankan juga dihadapkan oleh aturan PSAK71. Aturan ini menjadi risiko bagi emiten perbankan karena peningkatan pencadangan akan berdampak terhadap net profit emiten bank dalam jangka pendek.
Namun, Catherina menilai momentum saat ini cukup baik untuk mulai mengakumulasi saham emiten perbankan. Sebab, harga saham perbankan sudah cukup tertekan dan harganya sekarang pun cukup menarik.
Dia merekomendasikan beli saham BBCA dengan target harga Rp 28.400, beli saham BBNI dengan target harga Rp 4.300, serta beli saham BMRI dengan target harga Rp 5.100.
Baca Juga: IHSG ditutup menguat 0,54% ke level 4.630,13 pada perdagangan Selasa (5/5)
Secara teknikal, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama merekomendasikan akumulasi beli saham PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) pada area Rp 3.300 – Rp 3.330 serta akumulasi beli saham BBRI pada level Rp 2.610 - Rp 2.640.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News