Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Indeks harga Surat Utang Negara (SUN) kembali mengukir rekor tertinggi baru. Pada 6 Oktober 2010 lalu, indeks SUN bertengger di level 109,17. Posisi ini naik tajam dibandingkan level tertinggi sebelumnya di 107,71 (4/10).
Menanjaknya indeks harga SUN merupakan imbas kenaikan harga surat utang pemerintah ini di pasar sekunder. Sebagai contoh, pada 6 Oktober 2010, harga SUN jangka waktu 5 tahun, yaitu FR0027, sudah naik ke level tertinggi di 111,25 dengan imbal hasil atau yield 6,66%. Adapun FR0050 yang bertenor 30 tahun juga telah menyentuh level tertinggi di 120,82 dengan yield 8,528%.
Data di atas membuktikan bahwa kenaikan indeks SUN ditopang oleh perubahan harga SUN dengan jangka waktu beragam.
Sukartono, Head of Debt Capital Market BNI Securities, menjelaskan, kenaikan indeks SUN didorong oleh agresivitas investor asing yang terus masuk ke pasar Indonesia. "Masuknya dana asing tidak bisa dibendung. Investasi di SUN memang paling aman dan yield yang didapat masih cukup bagus," jelasnya.
Sukartono menambahkan, pemangkasan suku bunga Jepang hingga 0% tidak berpengaruh besar terhadap masuknya dana-dana asing. Pasalnya, selama ini tingkat suku bunga di negeri matahari terbit itu juga sudah rendah.
Setara dengan deposito
Menurut Analis Obligasi Mandiri Sekuritas Handy Yunianto, nilai tukar rupiah yang masih bergerak stabil menjadi daya tarik bagi para investor asing untuk masuk ke pasar SUN. Selain itu, yield yang ditawarkan obligasi Indonesia jauh lebih menarik ketimbang surat utang yang diterbitkan oleh sejumlah negara lain.
Handy menaksir, jumlah dana asing yang masuk ke pasar surat utang negara akan terus menggelembung.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), per 5 Oktober 2010, investor asing sudah menggenggam Surat Berharga Negara (SBN) senilai
Rp 186,76 triliun atau setara 28,95% total SBN. Inilah kepemilikan asing yang terbesar sepanjang sejarah penerbitan SBN dan naik tajam dari data akhir September, sebesar Rp 183,03 triliun.
Handy melihat, para pemodal asing baru akan keluar jika selisih yield obligasi kita dengan negara lain semakin menipis. Tak heran, kendati asing masih masuk ke SUN, sebagian di antaranya juga telah melepas asetnya. "Asing juga sudah mulai jualan pada Mei 2010 ketika spread yield di bawah 4,5%," katanya.
Menurut Handy, jika dibandingkan dengan US Treasury dengan jangka waktu 10 tahun yang memberikan yield 2,4%, berinvestasi di SUN memang masih untung. Sebab, dengan durasi sama, investor bisa mengantongi yield sekitar 7,342%. Artinya masih terdapat selisih yield 4,94%.
Di tengah menanjaknya harga SUN, Handy menyarankan investor lebih berhati-hati. Pasalnya, harga SUN sudah mendekati level mahal. Dengan harga sakarang, tak banyak investor lokal berani masuk. Sebab, jika dibandingkan dengan bunga deposito, yield yang diterima tak jauh berbeda. Maka, bagi investor yang trading sebaiknya mengikuti pergerakan dana asing yang keluar-masuk. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News