Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi di instrumen saham bertema lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola baik (governance) atau ESG semakin populer. Namun, kinerja sahamnya belum ikut terangkat.
Lesunya investasi saham ESG tercermin dari indeks Kehati yang mencatatkan penurunan cukup dalam sepanjang tahun ini. Sekadar informasi, ada tiga indeks Kehati di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Yaitu, Indeks Sri-Kehati mengukur kinerja harga saham dari 25 perusahaan tercatat yang memiliki kinerja yang baik dalam mendorong usaha-usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut Sustainable and Responsible Investment (SRI).
Selain itu, ada Indeks ESG Sector Leaders IDX Kehati (ESGS-Kehati) yang berisikan saham-saham dengan hasil penilaian kinerja ESG di atas rata-rata sektornya serta memiliki likuiditas yang baik.
Yang terakhir ada Indeks ESG Quality 45 IDX Kehati (ESGQ-Kehati) yang berisikan 45 saham terbaik dari hasil penilaian kinerja ESG dan kualitas keuangan perusahaan serta memiliki likuiditas yang baik.
Ketiga indeks ini diluncurkan dan dikelola berkerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Yayasan KEHATI).
Mengutip data BEI per Kamis (5/12), Indeks Sri-Kehati berkinerja -9,96% sepanjang tahun ini atau year to date (ytd). Indeks ESGS-Kehati turun -7,8%. Sedangkan Indeks ESGQ-Kehati -8,4%.
Sebagai perbandingan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih naik 0,56%. Sedangkan Indeks LQ45 turun 9,9%, seiring dengan IDX30 yang turun 9,82%.
Chory Agung Ramdhani, Customer Engagement & Market Analyst Department Head BRI Danareksa Sekuritas melihat, Indeks Kehati tertekan oleh sejumlah sektor yang sedang turun.
Antara lain, sektor perbankan, yang memiliki bobot sampai 55% di Indeks Sri-Kehati. "Sektor keuangan tertekan oleh suku bunga tinggi dan biaya dana (CoF) yang meningkat, misalnya BRI dengan CoF 3,7%, Mandiri 2,8%, dan BNI 3,2%," ujarnya.
Pengetatan moneter global oleh The Fed dan depresiasi rupiah terhadap dolar AS juga membebani saham-saham di sektor keuangan.
Selain itu, sektor lain dengan bobot signifikan seperti telekomunikasi dan material yang terseret pelemahan harga komoditas. Harga batu bara turun -8,9% ytd dan minyak mentah Brent -6,1%, mempengaruhi emiten seperti ADMR dan MEDC.
Di sisi lain, sektor seperti energi dan konsumer primer, meski menguat, bobotnya tak bisa mengimbangi penurunan dari sektor dominan lainnya.
Evaluasi Mayor
Awal Desember ini, BEI juga melakukan evaluasi mayor untuk trio Indeks Kehati. Daftar baru saham yang masuk dan keluar berlaku sejak 2 Desember 2024 hingga 28 Mei 2025.
Meski ada perombakan, sejumlah saham tidak bergerak menguat ketika namanya masuk indeks ini. Hal ini menunjukkan, masuknya nama emiten ke suatu indeks belum tentu mengerek harga sahamnya.
Dari perombakan ini, tidak ada saham baru yang masuk atau keluar dari Indeks Sri-Kehati. Di Indeks ESGS-Kehati, ada saham AGRO, BMTR, ENRG, ERAA, EXCL, MEDC, dan SIMP yang masuk. Sedangkan saham keluar, TBIG.
Di Indeks ESGQ-Kehati, saham masuk yaitu ELSA, ESSA, SIMP. Saham keluar, TBIG.
Chroy menduga ada beberapa saham cenderung bergerak turun sejak pengumuman indeks hingga awal Desember ini. Pertama, ada aksi ambil untung atau profit taking di pasar.
"Saham-saham ini kemungkinan sudah mengalami kenaikan harga sebelum pengumuman indeks sehingga memicu aksi ambil untung oleh investor," kata dia.
Kedua, karena fundamental saham yang masuk tersebut cenderung lemah. Sehingga, masuknya saham ke indeks belum cukup memberikan perubahan mendasar pada kinerja keuangan emiten.
Ketiga, karena sentimen pasar yang negatif. Dengan fluktuasi nya pergerakan IHSG dan sektor keuangan yang masih tertekan, investor cenderung berhati-hati.
Prospek 2025
Menurut Chory, prospek saham ESG ini akan bergantung pada perbaikan kondisi makroekonomi. Penurunan suku bunga global, seperti yang diindikasikan oleh The Fed, dapat menjadi katalis positif bagi sektor keuangan yang mendominasi indeks ESG. Selain itu, sektor energi terbarukan yang mendukung transisi ESG juga memiliki potensi pertumbuhan, terutama jika pemerintah memperkuat insentif di sektor ini.
"Namun, prospek kenaikan signifikan kemungkinan baru terlihat pada semester kedua 2025, mengingat pemulihan ekonomi global dan likuiditas pasar biasanya berjalan lambat," ujar dia.
Meski saham-saham di indeks ini memiliki reputasi cukup baik karena memperhatikan faktor lingkungan, sosial, tata kelola yang baik, serta keberlanjutan, risiko saham tetaplah ada.
Menurut dia, risiko utama pada saham-saham ESG ini adalah volatilitas tinggi pada sektor dengan bobot besar seperti keuangan dan komunikasi. Ketergantungan pada sektor keuangan yang sensitif terhadap kebijakan moneter dan nilai tukar membuat indeks ini rentan terhadap gejolak makroekonomi.
"Selain itu, implementasi ESG di Indonesia masih berkembang, sehingga dampaknya terhadap mitigasi risiko belum sepenuhnya terasa," kata dia.
Karena itu, tidak semua investor cocok dengan saham-saham bertema ESG. Tentu, investor yang ingin cuan jangka pendek kurang pas dengan saham-saham ini.
Menurut Chory, saham-saham Kehati cocok untuk investor institusi seperti dana pensiun dan manajer investasi yang berkomitmen terhadap prinsip ESG.
Investor ritel dengan toleransi risiko menengah hingga tinggi, serta fokus pada nilai jangka panjang, juga dapat mempertimbangkan portofolio ini.
"Portofolio ESG lebih ideal untuk mereka yang memiliki visi investasi jangka panjang dan keyakinan terhadap prinsip keberlanjutan," ujar Chory.
Pilihan Saham
Dari saham-saham ESG ini, BRI Danareksa Sekuritas punya pilihan saham dengan prospek yang dianggap masih baik dan layak dipertimbangkan. Antara lain:
1. BBCA (Bank Central Asia Tbk)
Saham BBCA direkomendasikan BUY dengan target harga Rp 12.800. BBCA adalah salah satu bank terbesar di Indonesia dengan stabilitas yang solid dan kinerja yang cemerlang. Dalam laporan, BBCA memiliki P/E 2024F sebesar 23,0x dan P/BV 2024F sebesar 4,8x. Ini menunjukkan valuasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank lainnya, tetapi juga mencerminkan kekuatan fundamental dan daya saingnya di sektor perbankan.
2. ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.)
Saham ICBP direkomendasikan BUY dengan target harga Rp 14.000. ICBP adalah pemain utama di sektor makanan dan minuman. Dengan permintaan domestik yang stabil dan potensi ekspansi yang baik, saham INDF tetap menjadi pilihan solid di sektor konsumer. Perusahaan ini juga memiliki cadangan produk yang cukup luas dan mendapat manfaat dari konsumsi yang terus berkembang
3. TLKM (PT Telekomunikasi Indonesia Tbk)
Saham TLKM direkomendasikan BUY dengan target harga Rp 4.250. TLKM mendapat manfaat dari lonjakan traffic data selama pemilu regional 2024, dengan peningkatan 11,36% dalam penggunaan data. Selain itu, TLKM memiliki kekuatan di sektor telekomunikasi dan digitalisasi, menjadikannya pilihan menarik untuk investasi jangka panjang. Infrastruktur yang luas dan dominasi pasar memberikan TLKM posisi kuat untuk tumbuh di masa depan.
Namun, perlu diingat, pilihan saham dari BRI Danareksa Sekuritas ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Setiap keputusan ada di tangan investor. Sehingga, sesuaikan dengan tujuan investasi dan profil risiko masing-masing, ya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News