Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham bertema syariah terlihat lesu sejak awal tahun. Mengutip data bursa, empat indeks saham syariah yang ada cenderung tertekan, bahkan penurunannya mencapai dua digit.
Koreksi paling dalam dicatatkan oleh IDX-MES BUMN17 hingga 14,85% year to date (ytd). Setelahnya disusul Jakarta Islamic Index (JII) yang melorot 14,16% ytd. Sementara itu, Jakarta Islamic Index 70 (JII70) menurun 12,93% ytd. Hanya Indonesia Sharia Stock Indesx (ISSI) yang penurunannya tidak mencapai dua digit, tepatnya 1,12% ytd.
Padahal pada kesempatan sebelumnya, BEI sempat mengungkapkan, hingga Agustus 2021, jumlah saham syariah di bursa yang tergabung dalam ISSI masih mendominasi. Persentasenya mencapai 57% dari total saham yang tercatat di bursa.
Asal tahu saja, ISSI merupakan indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham di Papan Utama dan Papan Pengembangan yang dinyatakan sebagai saham syariah sesuai dengan Daftar Efek Syariah (DES) yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keungan (OJK).
Adapun kapitalisasi saham syariah mencapai 46,5% dari total kapitalisasi pasar. Sementara itu, dilihat dari nilai rata-rata transaksi harian, perdagangan saham syariah berkontribusi hingga 53,4%. Frekuensi transaksi saham syariah berkontribusi 57,6% dan volume transaksi saham syariah berkontribusi 45,8%.
Baca Juga: Saham BRIS masuk kapitalisasi pasar besar di FTSE, apakah investor perlu beli / jual?
Analis Erdhika Elit Sekuritas Ivan Kasulthan mengungkapkan, indeks-indeks bertema syariah yang cenderung lesu disebabkan oleh kapitalisasi pasar yang didominasi saham-saham barang konsumen.
"Sejak awal tahun 2021 sampai saat ini kinerja dari saham-saham tersebut belum begitu perform masih cenderung downtrend seperti UNVR, INDF, ICBP, MYOR," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/9).
Akibatnya, indeks-indeks syariah tidak naik signifikan.
Ivan menambahkan, penurunan yang terjadi sebenarnya sudah ditopang oleh saham-saham syariah di sektor infrastruktur, pertambangan, dan perdagangan yang cenderung menguat. Seperti, TLKM, EXCL, EMTK, ANTM, MDKA, dan ERAA.
Tidak jauh berbeda, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana melihat, saham-saham bank digital dan teknologi yang menjadi penopang IHSG sejak awal tahun, kebanyakan tidak termasuk ke dalam kriteria syariah maupun likuid. Padahal saham-saham tersebut mampu menopang IHSG tetap di zona hijau atau tumbuh 2,19% secara ytd.
"Akibatnya indeks-indeks syariah lebih dipenuhi sektor-sektor yang terpukul oleh Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)," jelas Wawan kepada Kontan.co.id, Kamis (16/9).