Reporter: Yoliawan H | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) menargetkan pertumbuhan laba mereka di tahun 2019 bisa tumbuh 50% sampai 75% dari tahun 2018 yang sebesar Rp 265,61 miliar. Dari sisi pendapatan, TCPI menargetkan pertumbuhan hingga 56%. Asal tahu saja dengan target laba dan pendapatan tersebut, setidaknya di tahun 2019 ini TCPI akan mengantongi laba sebesar Rp 398,81 miliar dan pendapatan sebesar Rp 3,61 triliun.
Direktur Utama TCPI, Dirc Richard Talumewo mengatakan, target pertumbuhan tersebut akan disokong melalui kenaikan volume produksi batubara dan kebutuhan pengangkutan batubara serta produk lain dari nikel dan crude palm oil (CPO).
“Volume pengangkutan tahun 2019 kami prediksi tumbuh 25% menjadi 51 juta ton,” ujar Richard saat acara RUPST, Rabu (19/6).
Richard menambahkan jika melihat volume pengangkutan, di tahun 2018 lalu total pengangkutan sebesar 41,53 juta ton atau tumbuh 18,5% dari tahun sebelumnya. Mayoritas pengangkutan masih untuk produk batubara sebesar 74%, sisanya 26% untuk produk nikel, minyak dan CPO.
Di tahun 2019 ini, perusahaan menyiapkan belanja modal hingga Rp 800 miliar, mayoritas belanja modal digunakan untuk meningkatkan volume pengangkutan dengan pengadaan armada baru. Di tahun ini setidaknya perusahaan akan menambah alat produksi 2 mother vessel, 1 floating crane, 2 pusher tug, 1 tug dan 1 barge.
Selain peningkatan volume pengangkutan, guna mengejar target, TCPI turut mengincar kontrak-kontrak baru. Beberapa kontrak baru yang sudah berhasil didapatkan TCPI adalah dengan PT Anugrah Sukses Mining dalam penyediaan mother vessel dengan nilai kontrak US$ 40,7 juta selama 5 tahun.
Kontrak dengan PT Petromine Energy Trading senilai Rp 6,5 miliar untuk jasa pengangkutan BBM selama setahun dan kontrak baru dengan PT Kaltim Prima Coal untuk penyedia jasa floating crane senilai US$ 24,4 juta selama 3 tahun.
Joint Venture
TCPI di tahun ini pun berencana untuk merampungkan proyek joint venture (JV) dengan salah satu perusahaan asing untuk menyediakan jasa layanan pengangkutan. “Jadi ada perusahaan tambang untuk pengangkutan kargonya, kita coba kerja sama mereka. Selama ini mereka menyewa ke pihak ketiga, sekarang kami mengundang mereka untuk bersama mengerjakan proyek ini.” ujar Richard.
Menurutnya, saat ini sudah dalam fase finalisasi, diharapkan pada kuartal III 2019 sudah bisa masuk tahap penandatanganan. Nantinya TCPI akan melakukan penyertaan dan menjadi pemilik mayoritas hingga 55%. Sayang pihaknya enggan menjelaskan terkait nilai JV yang dimaksud.
“Akan ada penambahan aset baru, untuk JV ini minimal 2 mother vessel,” ujar Richard.
Terkait pendanaan lebih lanjut untuk mengejar target dan kebutuhan perusahaan, Richard menjelaskan di kondisi sekarang pihaknya masih akan memanfaatkan porsi dari perbankan. Namun dirinya pun melihat ada beberapa hambatan dari perbankan seperti secara sektoral industri batubara tercatat masih rapor kuning yang membuat perbankan sangat hati-hati dalam memberikan pendanaan sektor tambang terkait.
Di sisi lain, untuk rencana penerbitan medium term note (MTN) serta obligasi, pihaknya mengatakan masih sulit untuk masuk ke pendanaan surat utang di kondisi sekarang, dimana saat ini mekanisme MTN sudah tidak semudah dahulu serta rating obligasi untuk sektor pertambangan sejenis masih kurang optimal.
“Untuk rights issue kita masih belum tahu ya, kita lihat ke depan seperti apa, mungkin bisa tanya bosnya,” ujar Richard.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News