Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosterling Technomedia Tbk (TECH) berupaya meneruskan laju pertumbuhan kinerja bisnis pada tahun ini. TECH melirik peluang pengembangan usaha yang bisa digarap dari positioning baru sebagai pemain di segmen big data enabler.
Direktur Utama TECH Billy Andrian mengungkapkan bahwa sejak awal pandemi covid-19, Indosterling Technomedia menata kembali strategi bisnis dan cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan penetrasi pasar. Kemudian dengan melihat banyaknya peluang baru, pada akhir tahun lalu TECH telah memposisikan diri sebagai pemain big data enabler di Indonesia.
"Di tahun 2022 ini kami menargetkan laju pertumbuhan yang agresif dengan harapan improvement dari performa tahun sebelumnya. Dengan kesiapan strategi dan peluang yang sedang digarap serius, kami proyeksikan bisa mencapai double digit dan tentunya di atas dari target pencapaian tahun 2021," jelas Billy kepada Kontan.co.id, Jum'at (18/2).
Sebagai informasi, sebelumnya TECH memposisikan diri sebagai penyedia jasa dan layanan Business to Business (B2B). Billy menyampaikan, transformasi bisnis ini didorong hasil kajian bahwa kekuatan TECH yang dipadu dengan peluang-peluang yang muncul mengarah kepada big data enabler.
Baca Juga: IndoSterling Group Dapat Suntikan Investasi Rp 600 Miliar
Adapun strategi TECH pada tahun ini adalah melakukan akuisisi market share dengan strategi blue ocean, menawarkan jasa layanan baru berbasis solusi inovatif kepada segmen pasar baru. "Jadi kami fokus memperluas segmen-segmen pasar baru, walaupun tidak mengabaikan dan tetap mempertahankan segmen pasar setia kami dimana kami telah dipercaya," sambung Billy.
Dia menambahkan, faktor penting yang dapat mendukung laju pertumbuhan TECH apabila pandemi dapat bertransisi dengan baik menjadi endemi. Terlebih, katalis pertumbuhan TECH banyak didukung dari sektor pendidikan yang mengalami massive disruption.
Dalam kondisi ini, platform pendidikan berbasis teknologi (edu tech) yakni Edufecta, menjadi andalan TECH sebagai segmen yang paling dominan. "Edufecta, kini bukan saja sebuah layanan teknologi online untuk solusi pembelajaran terpadu, tetapi juga telah berhasil menjadi platform akses big data terintegrasi di tingkat pendidikan tinggi," sebut Billy.
Edufecta memiliki sekitar 259.000 pengguna di seluruh Indonesia, yang terdiri dari beragam komunitas pendidikan. Menurut Billy, platform Edufecta menjadi market leader pada segmen perguruan tinggi di tanah air.
Di sisi lain, meski membidik pertumbuhan kinerja pendapatan di level prosentase dua angka, tapi Billy mengatakan bahwa karakteristik bisnis TECH tidak memerlukan banyak belanja modal (capex).
"Menariknya, justru kami berpeluang untuk menghasilkan revenue dengan profit margin yang mumpuni sejalan dengan konsistensi kemampuan sumber daya dan kerjasama team dalam membangun produk yang inovatif," terang Billy.
Mengenai kinerja bisnis tahun lalu, Billy menyebut bahwa laporan keuangan untuk tahun buku 2021 msah dalam proses audit. Sebagai gambaran, sepanjang periode sembilan bulan 2021, TECH mencatatkan kenaikan pendapatan usaha 18,83% secara year-on-year (yoy) dari Rp 12,69 miliar per September 2020 menjadi Rp 15,08 miliar.
Berdasarkan segmennya, pendapatan usaha Rp 15,08 miliar di Januari-September 2021 ini terdiri atas pendapatan dari jasa dan pemeliharaan Rp 6,63 miliar, perangkat lunak Rp 6,73 miliar, dan perangkat keras Rp 1,71 miliar.
Dari hasil pendapatan itu, TECH mengantongi laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,05 miliar pada periode kuartal ketiga 2021, meroket 301,10% dibanding realisasi periode sama tahun 2020 yang sebesar Rp 762,88 juta.
Sementara dari sisi pergerakan saham, merujuk data Bursa Efek Indonesia via RTI Business, TECH parkir di level Rp 3.900. Hingga penutupan perdagangan Jum'at (18/2), saham TECH naik 20 poin atau 0,52%. Meski begitu, secara year to date, saham TECH sudah tergerus turun 42,65%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News