kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Impor AS & China surut, minyak bisa tergerus


Senin, 03 Februari 2014 / 07:20 WIB
Impor AS & China surut, minyak bisa tergerus
ILUSTRASI. Pahami Jenis-Jenis Sabun Mandi Berdasarkan Kebutuhannya!


Reporter: Dina Farisah | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Sepanjang Januari, mayoritas harga komoditas energi melandai karena penguatan dollar AS dan antisipasi pemangkasan stimulus moneter (tapering off) oleh The Federal Reserve.

Salah satu komoditas yang cenderung melandai adalah minyak mentah. Harga bahan bakar fosil ini bergerak fluktuatif dengan kecenderungan turun sepanjang Januari. Data Bloomberg menunjukkan, pada 9 Januari lalu, harga minyak WTI untuk kontrak pengiriman Maret 2014 di Bursa NYMEX sempat anjlok ke level terendah sejak Agustus tahun lalu, yaitu di US$ 91,89 per barel.

Setelah jeblok, harga minyak mentah berbalik arah, reli signifikan hingga mendekati harga penutupan akhir tahun lalu. Bahkan, dalam sepekan terakhir, harga minyak berhasil naik sebesar 0,87% ke posisi US$ 97,49 per barel.

Meski demikian, hingga  akhir Januari lalu (31/1), harga minyak mentah masih lebih rendah 1,08% dibanding harga penutupan akhir tahun lalu.

Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir melihat, harga minyak sudah reli dalam beberapa pekan terakhir, karena tertopang surutnya cadangan minyak suling.

Selain itu, harga minyak juga terkerek lonjakan permintaan selama musim dingin yang terjadi di AS. "Meski demikian, kenaikan harga minyak sudah terbatas, sebab konflik Timur Tengah telah reda pasca mulusnya negosiasi antara Iran dengan negara Barat," papar dia.
    
Apalagi, kebijakan pemangkasan stimulus moneter AS akan berimbas negatif terhadap harga minyak. Pasalnya, tapering off akan memicu penguatan dollar AS, sehingga harga komoditas akan cenderung tertekan.    

Maka, Zulfirman memprediksi, ke depan, harga minyak akan cenderung bergerak sideways. Harga minyak bisa turun lagi mengingat segera berakhirnya musim dingin.

Permintaan energi dari China pun akan berkurang, seiring berlalunya perayaan Imlek. Belum lagi, pelaku pasar mengkhawatirkan kondisi perekonomian China dan AS. Pasalnya, data PDB AS pada kuartal IV-2013 lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya. Sementara, PDB China pada Desember 2013 turun  0,1% dibanding tahun sebelumnya menjadi 7,7%. Ini menandakan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
    
Prediksi Zulfirman, harga minyak berpotensi turun menuju level US$ 94 per barel pada akhir Februari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×