Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah turun ke level terendah. Mengutip Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), Yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun saat ini berada di posisi kisaran 6,2%.
Head of Fixed Income Trimegah Asset Management (AM) Darma Yudha mencermati penurunan yield SUN dikarenakan tingkat inflasi Indonesia relatif terjaga dengan kecenderungan bakal terus melemah. Ini mendorong premi risiko (risk premium) menurun yang menyebabkan market reli, disertai dengan penyaluran kredit perbankan yang kian ekspansif.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei 2023 sebesar 0,09% Month to Month (MtM) menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,33% mtm.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan menjadi 4,00% year on year (YoY) lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 4,33% yoy.
“Saya rasa inflasi bisa ditutup pada level 3,5% di akhir tahun 2023,” ujar Darma kepada Kontan.co.id, Kamis (15/6).
Baca Juga: Investor Domestik Dominan, Potensi Masyarakat Berinvestasi di Obligasi Masih Tinggi
Darma turut menyoroti, neraca perdagangan barang Indonesia pada Mei 2023 kembali surplus US$ 440 juta. Angka tersebut susut dibandingkan dengan keuntungan neraca perdagangan barang April 2023 yang sebesar US$ 3,94 miliar.
Meskipun angkanya menurun, tetapi surplus telah terjadi dalam 37 bulan secara berturut-turut hingga bulan Mei 2023 atau dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Ini mengindikasikan kemungkinan kualitas ekonomi terus bertumbuh.
Karena itu, Darma menjelaskan, investor asing kembali masuk ke pasar obligasi Indonesia yang mempengaruhi turunnya yield obligasi negara. Kepemilikan asing terus pulih pasca meninggalkan pasar surat utang Indonesia selama masa covid-19.
Berdasarkan data DJPPR Kemenkeu, jika melihat penawaran masuk oleh investor asing pada lelang SUN hari Selasa (13/6) pekan ini, memang terpantau meningkat signifikan menjadi Rp 19,16 triliun dari Rp 6,88 triliun pada lelang SUN dua pekan sebelumnya. Penawaran tersebut merupakan nilai penawaran tertinggi selama tahun 2023 dari investor asing.
Mayoritas penawaran masuk oleh investor asing pada seri SUN tenor 10 tahun yaitu Rp 8,71 triliun atau 45,45% dari total incoming bids investor asing, dan dimenangkan sebesar Rp 2,86 triliun atau setara 19,06% dari total penawaran yang dimenangkan.
Baca Juga: Kondisi Pasar Keuangan Berfluktuatif, Bahana TCW Selektif Memilih Instrumen Investasi
Sebagai informasi, penawaran masuk lelang SUN Selasa (13/6) lalu tercatat sebesar Rp 76,24 triliun. Angka tersebut naik dari capaian lelang SUN dua pekan sebelumnya yang sebesar Rp 58,44 triliun.
Menurut Darma, peluang investasi di Indonesia kian menarik karena imbal hasil yang ditawarkan dibarengi dengan risiko investasi yang menurun. Seperti diketahui, mata uang rupiah kian stabil yang membuat fluktuasi nilai tukar menjadi berkurang.
Penguatan rupiah cukup kompleks dampaknya bagi pertumbuhan makro ekonomi yang berpengaruh bagi porsi ekspor yang lebih besar. Hal itu terbukti dari nilai ekspor yang lebih tinggi daripada nilai impor pada neraca perdagangan bulan Mei 2023, nilai ekspor sebesar US$21,72 miliar dibandingkan nilai impor barang sebesar US$ 21,28 miliar.
Penguatan SUN artinya juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa, semakin menyempit. Saat ini, yield SUN acuan tenor 10 tahun berada pada level 6,2%, sementara yield US Treasury 10 tahun berada di posisi sekitar 3,8%.
“Saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengoleksi instrumen obligasi,” kata Darma.
Imbal hasil SUN diperkirakan turun lebih rendah lagi setidaknya sampai semester I tahun depan, sehingga investor bisa mendapatkan gain tambahan dari kenaikan harga. Obligasi korporasi juga tidak kalah menarik seiring prospek perusahaan yang semakin baik karena aktivitas ekonomi sudah berputar yang mendorong market rebound pasca pandemi.
Proyeksi Darma, yield SUN Tenor 10 tahun akan bertengger di kisaran 6% hingga akhir tahun 2023. Selain itu, ada kemungkinan potensi peningkatan Sovereign Credit Rating Indonesia atau peringkat kredit Indonesia ke depannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News