Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) meningkat tinggi karena ekspektasi kenaikan suku bunga kembali bergema. Tetapi dampaknya dianggap tidak akan menyurutkan minat terhadap pasar Surat Utang Negara (SUN).
Presiden dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mencermati yield 10 tahun US Treasury sempat meningkat kemarin ke level 3,7% dari level 3,3% dalam kurun waktu sepekan. Sebelum akhirnya berada di level 3,6% untuk saat ini.
Ada beberapa faktor penyebab kenaikan yield US Treasury salah satunya ekspektasi pasar terkait rencana Bank Sentral AS (The Fed) untuk mengerek kembali tingkat suku bunga di bulan Juni mendatang.
Baca Juga: Investor Gugup, Wall Street Dibuka Turun Terseret Kebuntuan Plafon Utang Rabu (24/5)
Tidak sedikit pula investor yang cukup khawatir terkait negosiasi mengenai batas plafon utang atau disebut US Debt Ceiling.
Guntur menjelaskan, dalam periode yang sama, pergerakan SUN dengan tenor yang sama masih termasuk minimal. Dimana imbal hasil (yield) sempat naik di level 6,3% ke level 6,45%.
Prospek SUN secara jangka panjang dinilai cukup positif dan yield berpotensi untuk turun. Hal itu karena kondisi perekonomian Indonesia dan pasar juga cukup resilien yang tercermin dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) serta tingkat inflasi masih relatif terjaga.
Baca Juga: Harga Bitcoin Pekan Ini Masih Dibayangi Potensi Gagal Bayar Utang AS
“Secara jangka panjang, kami melihat minat investor pada surat hutang Indonesia masih cukup menarik dan seharusnya yield masih bisa berpotensi untuk turun ke level 6%,” imbuh Guntur kepada Kontan.co.id, Rabu (25/5).
Kendati demikian, Guntur berujar, kondisi pasar obligasi masih cukup berfluktuasi dan masih ada faktor risiko lain salah satunya selisih (spread) suku bunga the Fed dan Bank Indonesia (BI) yang kian menipis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News