kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   19.000   1,25%
  • USD/IDR 16.195   5,00   0,03%
  • IDX 7.164   1,22   0,02%
  • KOMPAS100 1.070   0,97   0,09%
  • LQ45 838   0,57   0,07%
  • ISSI 216   -0,45   -0,21%
  • IDX30 430   0,42   0,10%
  • IDXHIDIV20 516   -1,25   -0,24%
  • IDX80 122   0,37   0,31%
  • IDXV30 126   -0,52   -0,42%
  • IDXQ30 143   -0,58   -0,40%

Imbal hasil SUN tenor 10 tahun berpotensi naik ke 7,3% di akhir 2021


Jumat, 11 Desember 2020 / 07:40 WIB
Imbal hasil SUN tenor 10 tahun berpotensi naik ke 7,3% di akhir 2021


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Imbal hasil atau yield Surat Utang Negara (SUN) berpotensi naik ke level 7,3% di akhir 2021. Instrumen obligasi pemerintah diproyeksikan banyak dipegang pelaku pasar.

Sebelumnya, perusahaan finansial global, Societe Generale memandang netral pada instrumen obligasi negara Indonesia untuk tahun depan setelah reli kencang di tahun ini. 

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail juga memproyeksikan pelaku pasar cenderung netral dan menurunkan durasi obligasi ke tenor lima tahun hingga semester I-2021. Sementara, di semester II-2021 diproyeksikan pelaku pasar akan memendekkan kembali pilihan durasi obligasi ke tenor 1 tahun-3 tahun.

Kata Mikael, tenor pendek cenderung akan lebih banyak diburu karena di akhir 2021 yield SUN tenor 10 tahun diperkirakan akan naik ke 7,3%.

Baca Juga: Prospek investasi obligasi tahun 2021 diramal masih menarik

Mikail menjelaskan, hingga semester I-2021, yield berpotensi masih menguat jika stimulus fiskal Amerika Serikat (AS) bisa diterapkan. Selain itu, kondisi politik di AS juga akan lebih jelas setelah inagurasi Joe Biden sebagai Presiden AS yang baru.

Kebijakan yang Biden jalankan diyakini bisa membawa indeks dollar AS menurun ke level 88. Dengan begitu kurs rupiah di semester I-2021 berpotensi menguat ke Rp 13.800 per dollar AS. Pasar obligasi pun akan tersokong sentimen ini.

Namun, begitu memasuki semester II-2021, Mikail memperkirakan, yield berpotensi naik ke 7,3%. Hal ini disebabkan dari aktivitas impor Indonesia yang mulai membaik. Ditambah Indonesia harus mengimpor vaksin senilai US$ 4 miliar.

Ujungnya, rupiah diproyeksikan kembali melemah. Belum lagi dengan harga minyak yang juga diproyeksikan naik  seiring perbaikan ekonomi yang memompa permintaan minyak.

Mikail memproyeksikan, investor asing ke depan masih akan wait and see hingga muncul sentimen kejelasan stimulus fiskal AS. "Sayangnya dana asing saat ini masih sangat terbatas," kata Mikail.

Selanjutnya: Trading SUN diproyeksi ramai demi memaksimalkan return di 2021 saat yield menciut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×