Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) diperkirakan sulit kembali ke level yang rendah seperti pada awal tahun ini. Hal tersebut didorong oleh tren kenaikan imbal hasil US Treasury yang diyakini akan terus terjadi sepanjang tahun ini.
Seperti yang diketahui, imbal hasil SUN sempat mencapai rekor terendahnya pada tahun ini di level 6,030% pada 8 Januari lalu. Namun, pada hari ini (22/3), imbal hasil SUN telah berada di level 6,789%.
Amir Dalimunthe, Analis Fixed Income Danareksa Sekuritas mengatakan, tren kenaikan imbal hasil US Treasury masih berpotensi terjadi hingga akhir tahun terlepas keberadaan sentimen kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat.
Pasalnya, tren kenaikan imbal hasil US Treasury juga dipengaruhi oleh potensi membengkaknya defisit anggaran belanja pemerintah AS akibat kebijakan pemangkasan pajak yang membuat penerimaan dari sektor pajak berkurang. Alhasil, kebutuhan pemerintah AS akan penerbitan surat utang membesar.
“Mau tidak mau imbal hasil SUN juga ikut naik supaya investor tetap berminat,” ujar Amir, Kamis (22/3).
Lebih lanjut, Amir menyampaikan, ruang penurunan imbal hasil SUN sebenarnya masih cukup terbuka. Hal ini dengan syarat nilai tukar rupiah kembali menguat, Bank Indonesia berani memangkas suku bunga acuan sebanyak satu kali, dan tentu saja imbal hasil US Treasury juga mesti ikut turun. “Kalau kondisinya seperti ini, agak berat terjadinya penurunan yield SUN secara signifikan,” jelasnya.
Ia pun memprediksi imbal hasil SUN akan berada di kisaran 6,5%--6,75% pada akhir tahun nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News