Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan The Federal Reserve menaikkan bunga acuan Amerika Serikat cukup melegakan para pelaku pasar. Namun, sentimen perang dagang yang diusung Presiden Donald Trump masih berpotensi menghantui pasar obligasi nasional.
Ariawan, Analis Obligasi BNI Sekuritas menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan AS sudah diprediksi para pelaku pasar sehingga dampak sentimen tersebut tidak terlalu signifikan. “Karena yang diwanti-wanti pelaku pasar adalah frekuensi kenaikan Fed Fund Rate pada tahun ini,” ujarnya, Kamis (22/3).
Dia pun menyebut pasar obligasi Indonesia untuk sementara diuntungkan karena suku bunga acuan AS kemungkinan besar hanya akan naik sampai 3 kali pada tahun ini.
Meski begitu, kebijakan tarif impor baja dan alumunium yang digagas Presiden Donald Trump masih berpeluang mengurangi stabilitas pasar obligasi secara global, termasuk di Indonesia. Sebab, kebijakan tersebut dapat memicu perang dagang karena merugikan bagi negara-negara yang selama ini terlibat dalam perdagangan baja dengan AS.
Terlepas dari itu, seperti halnya kenaikan suku bunga acuan AS, sentimen perang dagang juga bersifat temporer. Ariawan pun yakin volatilitas di pasar obligasi dalam jangka pendek tidak akan setinggi ketika beberapa pekan sebelum agenda Federal Open Market Committee dilaksanakan.
Hal tersebut didukung pula oleh investor asing yang sudah mulai kembali masuk ke pasar obligasi dalam negeri bahkan beberapa hari sebelum The Fed menaikan suku bunga acuan AS. Buktinya, hingga kemarin (21/3) kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 842,09 triliun. Padahal, sepekan sebelumnya jumlah dana investor asing di SBN hanya mencapai Rp 826,65 triliun.
“Investor asing masih menganggap pasar obligasi Indonesia mampu menahan tekanan-tekanan eksternal,” pungka Ariawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News