Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di atas kertas, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) cepat atau lambat akan mempengaruhi kondisi pasar obligasi Indonesia. Namun, selama kurs rupiah bergerak stabil pasca kenaikan tersebut, pasar obligasi dalam negeri kemungkinan juga tetap stabil.
Sebagaimana diketahui, BI telah menaikan suku bunga acuan BI-7 Day Repo Rate menjadi 6% pada Kamis (15/11) lalu. Research Analyst Capital Asset Management, Desmon Silitonga mengatakan, kenaikan suku bunga acuan biasanya akan memicu kenaikan yield surat utang negara (SUN) sekaligus menimbulkan penurunan harga instrumen tersebut.
Ini dilatarbelakangi oleh makin sempitnya selisih atau spread antara suku bunga acuan dan yield SUN. Namun, kenaikan yield SUN diyakini tidak akan terjadi secara signifikan selama pergerakan rupiah terhadap dollar AS masih stabil.
Jika ditelusuri, yield SUN seri acuan 10 tahun berada di level 8,00% pada perdagangan Jumat lalu (16/11). Sehari sebelumnya, ketika kenaikan suku bunga acuan diumumkan, yield SUN berada di level 8,07%. Sementara itu, kurs rupiah di pasar spot juga menguat 0,36% ke level Rp 14.612 per dollar AS pada Jumat lalu.
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia, Fikri C. Permana melihat, kenaikan suku bunga BI kali ini merupakan cerminan konsistensi BI dalam menjaga pergerakan rupiah dari berbagai tekanan. Ini sejalan dengan kebijakan BI yang berusaha selalu selangkah di depan The Federal Reserves dalam menaikkan suku bunga acuan.
Walau bertentangan dengan konsensus para analis, keputusan BI tersebut sejauh ini mendapat respons positif dari para pelaku pasar sehingga rupiah berhasil menguat. “Itu menyebabkan yield SUN bergerak stabil,” imbuh dia.
Stabilnya pergerakan rupiah ditambah mulai turunnya yield SUN pasca kenaikan suku bunga acuan akan mendorong kembali dana investor asing ke pasar obligasi Indonesia. Sebab, para investor asing tak lagi mengkhawatirkan sentimen kerugian kurs seperti yang terjadi pada beberapa waktu dahulu.
Selain itu, berkaca pada yield SUN terkini, investasi obligasi dinilai sudah mulai kembali menarik bagi para investor domestik. Hal ini didukung pula oleh tingkat inflasi Indonesia yang masih berada di level 3,16% per Oktober 2018. Investor pun bisa mendapat nilai interest rate yang menarik mengingat lebarnya selisih antara yield SUN dan inflasi dalam negeri.
“Kondisi sekarang ini bisa dimanfaatkan investor untuk melakukan akumulasi secara berkala,” kata Desmon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News