Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga Bitcoin (BTC) pekan ini masih dibayangi potensi gagal bayar utang Amerika Serikat (AS). Pada Rabu (24/5) pukul 11.10 WIB, harga Bitcoin berada di level U$ 26,778.05 yang alami koreksi sekitar 2,24% dalam 24 jam terakhir.
Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha mencermati, pergerakan Bitcoin cenderung terbatas disebabkan dari hasil pembicaraan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dengan Ketua DPR AS dari Partai Republik Kevin McCarthy berakhir tanpa kesepakatan tentang bagaimana langkah untuk menghindari potensi default atau gagal bayar utang.
Data pemerintah AS menunjukkan bahwa utang AS sudah menembus batas tertinggi sebesar US$ 31,46 triliun atau 137% dari produk domestik bruto (PDB) per Januari 2023. Hal ini menyebabkan pemerintah AS tidak bisa menerbitkan obligasi lagi untuk membiayai belanja negara, termasuk membayar utang.
Saat ini, pemerintah serta Dewan perwakilan rakyat AS sedang berdiskusi untuk menaikkan plafon utang, menunda pembayaran utang, atau memangkas anggaran operasional negara agar terhindar dari ancaman gagal bayar.
Baca Juga: Punya 269 Aset Kripto, Indodax Bidik 6,5 Juta Member Aktif di Tahun 2023
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan default dapat terjadi paling cepat 1 Juni 2023, jika plafon utang tidak dinaikkan.
Kegagalan untuk mengangkat plafon utang akan memicu default yang akan mengguncang pasar keuangan dan mendorong suku bunga lebih tinggi dalam segala hal mulai dari pembayaran mobil hingga kartu kredit.
Sebelumnya pada tahun 2011 dan 2013 silam AS pernah diguncang ancaman serupa. Namun, bisa dicegah dengan adanya penundaan pembayaran utang, kenaikan plafon utang, dan efisiensi anggaran pemerintah.
Panji menyebutkan, sulit memprediksi bagaimana dampaknya ke pasar aset kripto seperti BTC karena AS tidak pernah mengalami gagal bayar utang sebelumnya. Namun, jika The Fed melakukan langkah mendorong suku bunga lebih tinggi, maka akan menyebabkan tekanan kepada aset kripto, khususnya BTC.
Di sisi lain, survey Markets Live (MLIV) Pulse oleh Bloomberg yang dipublikasikan Senin (15/5), menunjukkan bahwa BTC menjadi salah satu pilihan aset warga Amerika Serikat jika pemerintah AS gagal memenuhi kewajiban bayar utang. BTC menempati posisi ketiga dibawah emas dan treasuries.
Sekitar 8% responden investor profesional dan 11% responden investor ritel mengatakan bahwa mereka berniat untuk membeli BTC sebagai lindung nilai utama mereka terhadap skenario gagal bayar utang.
Baca Juga: Bappebti Tunggu 3 Perusahaan Lengkapi Persyaratan untuk Melantai di Bursa Kripto
“Harga Bitcoin cenderung bergerak di kisaran US$ 26.600 – US$27.800 pada pekan ini. Investor masih menunggu perkembangan lebih lanjut plafon utang AS dan risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal AS terbaru yang dijadwalkan pada hari Rabu untuk menganalisis kebijakan moneter yang akan diambil dan data indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) di bulan April yang dirilis hari Jumat (26/5),” kata Panji Yudha dalam siaran pers, kemarin.
Panji mengungkapkan, investor aset kripto dapat mempertimbangkan untuk masuk ke investasi altcoin sebagai alternatif investasi untuk pekan ini. Beberapa altcoin saat ini telah rebound dari area supportnya serta menunjukan tanda potensi berbalik arah dari bearish ke bullish.
Dengan didukung juga oleh penguatan BTC sebagai aset kripto utama berpotensi akan memberikan imbas ke positif ke pergerakan altcoin. Rekomendasi Altcoin di pekan ini antara lain APE (Metaverse), JOE (Decentralized Exchange), serta DOGE (Memecoin).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News