Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terbakar hari ini. Sempat turun hingga 5.988, IHSG ditutup pada 6.000,58, Senin (7/10).
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana sebelumnya memprediksikan pergerakan IHSG di bawah level 6.000 ini. Herditya membenarkan bahwa salah satu faktor penggerak turun IHSG hari ini adalah rilisnya data cadangan devisa yang turun 1,6% atau sebesar US$ 2,1 miliar untuk membayar utang. Cadangan devisa Indonesia mencapai US$ 124,3 miliar per akhir September.
Selain sentimen turunnya cadangan devisa, Kepala Riset Artha Sekuritas Frederik Rasali menambahkan, kondisi global yang hingga saat ini masih menekan Indonesia juga menjadi pemberat IHSG. Sentimen global yang dimaksudkan oleh Frederik disini ialah terkait sentimen demo bekepanjangan Hong Kong dan kekhawatiran akan adanya resesi.
Baca Juga: IHSG bertahan di level psikologis, ada potensi naik pada perdagangan besok
Akhir pekan lalu, Amerika Serikat (AS) merilis data yang menunjukkan tingkat pengangguran AS turun dan berada di level terendah yakni di kisaran 3,5%. Menurut Direktur Megah Investama Hans Kwee, hal ini memancing kekhawatiran pasar terkait kemungkinan The Fed tidak kembali menurunkan suku bunga.
"Pada perdagangan terakhir market ekspektasi The Fed menurunkan suku bunga. Tapi tadi saya lihat data AS keluar memang penyerapan kerja gak terlalu baik tapi tingkat pengangguran AS turun ke level 3,5%, ini sangat rendah dan memutus harapan the Fed menurunkan suku bunga secara agresif. Ini faktor pertama. Faktor kedua cadangan devisa yang turun. Biasanya digunakan BI untuk likuiditas nilai tukar. Ini mengindikasikan ada dana asing yang keluar," tutur Hans yang dihubungi via jaringan seluler.
Hans menambahkan, aksi jual oleh asing lebih banyak dipengaruhi oleh kekhawatiran global terkait risiko di pasar saham Indonesia. Meskipun keluar dari pasar saham, Frederik melihat investor berpindah ke obligasi.
Baca Juga: Saham Grup Astra rontok, simak rekomendasi analis
Terkait harga saham, Hans meniliai IHSG tergolong sudah murah. Tapi, Hans membenarkan koreksi memang terjadi di beberapa saham. Frederik juga menambahkan bahwa saham-saham big cap Indonesia termasuk sudah menarik.
Ke depan, Hans menilai pasar akan menunggu pertemuan antara AS dan Tiongkok pada akhir Minggu ini. Pasar juga masih akan menunggu kepastian penurunan suku bunga acuan The Fed pada akhir bulan ini. Investor akan cenderung wait and see dan saham bergerak terbatas. Herditya melihat masih ada peluang IHSG akan kembali ke 6.000, hanya bergerak terbatas di kisaran 6.120-6150.
Selain itu keputusan terkait hard ataupun soft brexit juga masih akan menjadi sentimen yang mempengaruhi pasar. Pasalnya Perdana Menteri Inggris menjanjikan akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa hingga akhir bulan ini. Dari faktor domestik laporan keuangan kuartal ketiga akan menjadi perhatian pasar selain pengumuman menteri dan kabinet Jokowi.
Baca Juga: IHSG turun 1% ke 6.000 pada akhir perdagangan Senin (7/10)
Herditya melihat secara teknikal saat ini menarik untuk mengakumulasikan saham INDY dan ERAA. Sementara Hans tetap merekomendasikan saham saham perbankan dan jika ingin portofolio jangka panjang investor dapat mengakumulasikan saham-saham properti.
Hingga akhir tahun Didit menargetkan IHSG akan berada di level 6.334 dan Hans memproyeksikan IHSG di level 6.400 hingga akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News