Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor kembali memburu reksadana saham. Dana kelolaan industri reksadana atawa asset under management jadi naik tersokong aksi beli.
Berdasarkan data Infovesta Utama, total AUM industri reksadana yang tidak termasuk reksadana penyertaan terbatas tumbuh 0,72% month on month (mom) di November menjadi Rp 537,92 triliun. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di periode yang sama unit penyertaan yang beredar juga naik 1,37%.
Pertumbuhan dana kelolaan tertinggi dicatatkan reksadana indeks sebesar 5,73% mom menjadi Rp 914,6 triliun. Kompak, AUM reksadana saham naik 1,63% mom menjadi Rp 124,92 triliun.
Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan AUM reksadana indeks dan saham naik karena investor melakukan aksi beli saat IHSG sempat terkoreksi di November setelah mencetak rekor.
Baca Juga: BNP Paribas AM perluas jangkauan mitra distribusi reksadana bertema teknologi global
"Ketika IHSG terkoreksi dipandang lebih murah jadi investor masuk," kata Wawan, Kamis (9/12).
Hal yang sama juga terjadi di Panin Asset Management. Rudiyanto Direktur Panin AM mengatakan banyak investornya yang memanfaatkan IHSG terkoreksi untuk membeli reksadana berbasis saham.
Namun, kenaikan AUM di reksadana indeks dan saham tidak diikuti oleh reksadana exchange traded fund (ETF). AUM reksadana tersebut turun paling dalam 4,98% mom menjadi Rp 14,27 triliun.
Marsangap Parlindungan Tamba Direktur Utama Danareksa Investment Management mengatkan AUM reksadana ETF menurun karena terseret kinerja negatif dari maupun indeks LQ45.
Baca Juga: Permintaan naik, AUM reksadana terproteksi capai Rp 97,65 triliun per Oktober 2021
Di satu sisi Rudiyanto mengatakan ETF banyak dimiliki oleh investor institusi. Jika investor ritel bisa lebih fleksibel melakukan pembelian tepat saat pasar terkoreksi, hal ini berbeda dengan investor institusi dalam mengambil keputusan investasi cenderung lebih lama.
Sedangkan, dana kelolaan reksadana pasar uang melemah tipis 0,62% mom menjadi Rp 106,32 triliun. Wawan dan Rudiyanto mengatakan penurunan reksadana pasar uang terjadi karena investor memindahkan dananya ke reksadana saham.
Wawan mengamati pelaku pasar saat ini sudah lebih percaya diri masuk ke reksadana berbasis saham yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Risiko yang menyelimuti reksadana saham juga semakin mereda.
Baca Juga: MI Mulai Ancang-Ancang Lakukan Window Dressing
Faktor pendukung datang dari bahaya varian virus omicron yang parah seperti apa yang dikhawatirkan. Pemerintah jiga membatalkan penerapan PPKM level tiga di liburan Natal dan tahun baru. Rudiyanto menambahkan faktor window dressing juga akan menyokong pertumbuhan kinerja dan AUM.
Sentimen tersebut, Wawan proyeksikan juga mendukung pasar obligasi untuk bertumbuh. Tercatat AUM reksadana pendapatan tetap tumbuh 1,31% mom menjadi Rp 143,22 triliun. Kompak, AUM reksadana terproteksi juga tumbuh 13,8% mom menjadi Rp 97,9 triliun.
Wawan mengatakan terkhusus produk terproteksi, di akhir tahun para perusahaan mulai percaya diri untuk tidak lagi menunda penerbitan obligasi. "Meski jumlah produk menurun, tetapi AUM tetap tumbuh itu artinya jumlah yang terbit saat ini nilainya besar," kata Wawan.
Sementara, kenaikan AUM tertinggi kedua dicatatkan oleh reksadana global. Berdasarkan data OJK AUM reksadana global tumbuh 3,93% mom menjadi Rp 17,96 triliun. Wawan mengatakan investor mulai tertarik menambah investasinya ke reksadana tersebut di tengah penguatan dollar AS akibat sentimen tapering off.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News