Reporter: Andy Dwijayanto, Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sumringah mengawali perdagangan bulan Juni, Rabu (1/6). Mengacu data RTI, indeks dibuka naik 0,68% ke level 4.828,667 pukul 09.35 WIB.
Tercatat 150 saham bergerak naik, 67 saham bergerak turun, dan 67 saham stagnan. Perdagangan pagi ini melibatkan 789 juta lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 840,09 miliar.
Seluruh indeks sektoral menghijau. Sektor pertanian memimpin penguatan 1,52% dari 10 indeks sektoral lainnya.
Aksi beli asing turut menyokong laju IHSG. Di pasar reguler, beli asing sekitar Rp 14,502 miliar dan beli asing keseluruhan perdagangan sekitar Rp 11,940 miliar.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya meyakini awal bulan ini IHSG berpotensi menguat. Bila indeks bergerak dalam tekanan juga merupakan momen yang cukup berharga bagi investor untuk melakukan akumulasi pembelian.
Tentunya dengan acuan investasi timeframe jangka menengah- panjang dan mempertimbangkan berbagai faktor lain. Support 4.774 sedang diuji hari ini, dengan pola gerak yang masih menunjukkan fase konsolidasi, target resistance saat ini berada pada level 4877, yang merupakan level untuk ditembus agar pola kenaikan IHSG dapat lebih kokoh.
"Tekanan yang terjadi dapat dikatakan wajar sebagai teknikal koreksi melihat dari capital inflow yang masih berlangsung hingga akhir perdagangan kemarin, hari ini IHSG berpotensi menguat," ujar William Surya Wijaya dalam Riset.
Bursa Asia memerah
Sebaliknya, bursa Asia justru jatuh pasca reli terpanjang sejak pertengahan April lalu. Di tengah pelemahan lebih lanjut harga minyak dan tembaga dan jelang rilis data manufaktur China.
Indeks MSCI Asia Pacific turun 0,4 % pukul 10:00 waktu Tokyo, Rabu (1/6). Indeks Topix Jepang turun 0,8 % dipicu menguatnya yen yang membebani ekspor.
"Investor bisa mengambil keuntungan (profit taking) setelah pasar saham Jepang naik selama lima hari. Sekarang bukan waktu untuk membeli secara aktif. Kami memiliki sejumlah agenda seperti pertemuan OPEC, keputusan kebijakan ECB dan data pekerjaan AS datang,” kata Chihiro Ohta, senior strategist di SMBC Nikko Inc Securities.
Hari ini, pasar Asia menanti sejumlah data ekonomi yang akan rilis di antaranya indeks manufaktur China dan update produk domestik bruto (PDB) Australia. Sementara, Thailand dan Indonesia akan merilis indeks harga konsumen (IHK) dan inflasi, serta PMI (indeks pembelian manajer) untuk kawasan Eropa.
Di sisi lain, Indeks S&P / ASX 200 Australia turun 1,2% dengan saham berbasis pertambangan dan energi memimpin penurunan. Indeks S&P / NZX 50 Selandia Baru tergelincir 0,1% pasca menyentuh rekor tertinggi Selasa (31/5) kemarin. Indeks Kospi di Seoul turun 0,2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News