Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi salah satu yang paling jeblok di kawasan Asia. IHSG sudah terjun sedalam 6,10% jika diakumulasi secara year to date.
Performa minus IHSG hanya kalah dari indeks bursa Filipina dan Thailand. Adapun, IHSG terjun dalam empat perdagangan beruntun. Mengawali pekan ini, IHSG ambles sedalam 1,40% ke posisi 6.648,14 pada Senin (10/2).
Head of Investment Heksa Solution Insurance Agung Ramadoni mengamati pelemahan signifikan IHSG merupakan kombinasi dari faktor eksternal dan domestik. Sentimen utama adalah kekhawatiran terhadap kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, dimana pasar masih mencermati kelanjutan dan efek dari perang dagang.
Sentimen lainnya adalah penguatan dolar AS yang membuat rupiah terkapar, hingga menembus level Rp 16.000-an sebagai new normal. Selain itu, Agung menyoroti kondisi ekonomi dalam negeri dan laporan keuangan emiten yang sejauh ini cenderung di bawah ekspektasi pasar.
"Laporan keuangan tahun 2024 dari big banks yang masih belum terlalu bagus mengindikasikan perekonomian Indonesia yang tidak baik-baik saja," kata Agung kepada Kontan.co.id, Senin (10/2).
Baca Juga: IHSG Ambruk 4 Hari Berturut-turut, Cek Saham yang Banyak Dijual Asing di Awal Pekan
Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada sepakat, kinerja emiten perbankan yang relatif di bawah perkiraan menjadi perhatian investor. Selain itu, Reza melihat ada tambahan sentimen dari dalam negeri, yakni pemangkasan anggaran pemerintah dan pergerakan nilai tukar rupiah yang masih volatile.
Tekanan bertambah setelah Morgan Stanley Capital International (MSCI) mengumumkan tiga saham milik taipan Prajogo Pangestu tidak akan masuk ke dalam MSCI Index review pada Februari ini. Ketiga saham itu adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Petrosea Tbk (PTRO).
"Pelaku pasar cenderung panic selling. Aksi jual secara masif mempengaruhi pelaku pasar yang lain sehingga mereka ikutan jual. Ditambah saham BREN Cs. yang tidak masuk MSCI turut memberatkan IHSG," kata Reza.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Lanjutkan Koreksi Selasa (11/2), Cek Rekomendasi Analis
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menambahkan, investor tampak wait and see mencermati ketidakpastian ekonomi global akibat perang tarif. Pada saat yang sama, minim katalis positif dari dalam negeri.
Apalagi saham-saham konglomerasi yang biasanya mampu menopang IHSG, kini ikut bertumbangan. Ekky pun mengamati kondisi saat ini berbeda dengan pelemahan IHSG pada kuartal IV-2024. Kala itu, terjadi arus dana keluar (capital outflow) investor asing yang juga signifikan.
Namun, penurunan IHSG masih bisa tertahan oleh akumulasi investor lokal, terutama pada saham konglomerasi. "Tapi kondisi sekarang, investor domestik pun bingung, emiten apa yang bisa dibeli? market belum menarik, investor masih wait and see atau memindahkan dana investasinya," terang Ekky.
IHSG berpotensi kembali bergerak menanjak saat musim rilis laporan keuangan bergulir, dan berlanjut pada musim pembagian dividen. "Bisa jadi begitu, karena butuh momentum dan sentimen positif agar investor mau kembali ke pasar," tandas Ekky.
Trading Plan & Arah IHSG
Dalam situasi saat ini, Ekky menaksir IHSG masih akan volatile pada area 6.550 - 6.800 untuk perdagangan Selasa (10/2). Jika IHSG menunjukkan perlawanan, maka bisa berbalik naik menuju resistance di 6.950 - 7.000 pada pekan ini.
Reza memperkirakan IHSG akan bergerak pada area supprot 6.525 - 6.573 dan resistance di 6.738 - 6.766. Sementara itu, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah Budiman memperkirakan IHSG akan berada di dekat support 6.500 - 6.600 sebelum melakukan rebound.
Hanya saja, saat ini pelaku pasar masih belum punya banyak opsi untuk melirik saham-saham yang bergerak positif. Sebab selain bluechips, saham-saham konglomerasi yang biasanya bisa menjaga indeks ikut mengalami penurunan signifikan dalam beberapa hari terakhir.
"Pelaku pasar bisa berfokus dengan saham-saham yang tidak terlalu terdampak dari foreign outflow, tapi masih memiliki potensi pertumbuhan yang baik. Saham yang berada dalam fase uptrend juga bisa menjadi pilihan karena secara risiko lebih kecil," ungkap Fath.
Secara teknikal, Agung melihat sudah mulai ada indikasi jenuh jual, sehingga ada potensi technical rebound dalam jangka pendek. Agung menaskir IHSG akan bergerak pada level support 6.550 - 6.600 dan resistance di 6.725 - 6.800.
Agung menyarankan trading plan dengan strategi buy on weakness pada saham-saham yang sudah terkoreksi dan mencapai jenuh jual, seperti di saham perbankan. Pilihan lainnya ada di saham sektor teknologi seperti PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
Sedangkan Ekky masih menjagokan saham-saham blue chip perbankan, saham tambang BUMN, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Baca Juga: Pasar Saham Terus Terkoreksi, Defensif atau Perlu Beralih ke Instrumen Non Saham?
Selanjutnya: PLTP Salak Binary Rampung, Kapasitas PLTP Barito Renewables (BREN) Tambah 15.5 MW
Menarik Dibaca: 4 Platform Crypto Terbaik, Pilihan Para Investor
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News