Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street tak bertenaga setelah indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup turun lebih dari 1% di akhir pekan. Ini terjadi setelah investor meninggalkan sektor teknologi untuk sektor lain karena Broadcom dan Oracle memicu kekhawatiran tentang gelembung AI.
Jumat (12/12/2025), Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 245,96 poin atau 0,51% menjadi 48.458,05, indeks S&P 500 melemah 73,59 poin atau 1,07% ke 6.827,41 dan indeks Nasdaq Composite melemah 398,69 poin atau 1,69% ke 23.195,17.
Dengan posisi ini, dalam sepekan indeks S&P 500 turun 0,63% dan Nasdaq ambles 1,62%. Sementara, indeks Dow Jones berhasil mempertahankan penguatan sebesar 1,05% di minggu ini.
Pada sesi ini, imbal hasil obligasi pemerintah AS juga naik dan menambah tekanan bagi pasar saham Amerika Serikat (AS), setelah beberapa pembuat kebijakan menentang pelonggaran kebijakan moneter.
Baca Juga: Wall Street Melemah: Kekhawatiran Gelembung AI Menekan S&P 500 dan Nasdaq
Imbal hasil obligasi pemerintah naik setelah sekelompok pejabat Federal Reserve yang menentang pemotongan suku bunga bank sentral di minggu ini menyuarakan kekhawatiran bahwa inflasi tetap terlalu tinggi untuk membenarkan penurunan biaya pinjaman.
Dalam perdagangan yang bergejolak, saham Broadcom anjlok 11,4%, setelah produsen chip tersebut memperingatkan margin keuntungan yang lebih tipis di masa depan, yang menyebabkan kekhawatiran baru tentang profitabilitas investasi AI yang melonjak.
Setali tiga uang, saham Oracle juga turun 4,5% usai anjlok hampir 11% pada hari Kamis (11/12/2025) menyusul perkiraan keuangan yang lemah dari perusahaan perangkat lunak cloud tersebut.
Saham Oracle berada di bawah tekanan pada hari Jumat bahkan setelah membantah laporan Bloomberg bahwa pusat data untuk pembuat ChatGPT, OpenAI, mengalami penundaan.
Hal ini diperparah oleh fakta bahwa S&P 500 dan Dow Jones mencatat rekor penutupan tertinggi pada hari Kamis dan bahwa investor menantikan data pasar tenaga kerja dan inflasi penting yang akan dirilis minggu depan, menurut Anthony Saglimbene, kepala strategi pasar di Ameriprise.
"Tidak mengherankan jika pasar mengalami penurunan hari ini setelah beberapa minggu yang cukup solid," kata Saglimbene, menambahkan bahwa setelah penutupan rekor, dan dengan "beberapa gangguan dalam tema AI saat ini, investor hari ini melihat beberapa sektor yang lebih defensif."
Laporan Departemen Tenaga Kerja tentang data penggajian non-pertanian, inflasi konsumen, dan penjualan ritel akan dirilis minggu depan dan mungkin menawarkan wawasan yang lebih besar tentang kesehatan ekonomi setelah penutupan pemerintah pada bulan Oktober membuat investor dan pembuat kebijakan kekurangan rilis data resmi.
"Pasar mungkin sedikit berhati-hati menjelang angka-angka besar minggu depan," kata ahli strategi tersebut.
Baca Juga: Banyak Perbankan, Cermati Saham Net Sell Terbesar Asing, Jumat (12/12)
Broadcom menjadi penekan terbesar pada S&P 500 pada hari itu dan pemimpin chip AI kelas berat, Nvidia, turun 3,3%, menjadi penekan terbesar berikutnya.
Sejalan dengan itu, setiap saham di indeks semikonduktor Philadelphia kehilangan nilai dengan indeks tersebut merosot 5,1%, sesi terlemahnya sejak 10 Oktober.
Perusahaan lain yang telah diuntungkan dari investasi AI tetapi mengalami penurunan pada hari Jumat termasuk saham SanDisk yang turun 14,7% dan merupakan penurunan persentase terbesar di S&P 500.
Investor juga meninggalkan perusahaan infrastruktur AI dengan saham CoreWeave turun 10,1% dan Oklo kehilangan 15,1% pada sesi ini.
Enam dari 11 sektor industri S&P 500 ditutup lebih rendah, dipimpin oleh saham-saham teknologi berbobot besar, yang turun 2,9% untuk kerugian harian terdalam sejak 10 Oktober. Sedangkan, sektor barang konsumsi defensif memimpin kenaikan dengan kenaikan 0,9%.
Di sisi positif lainnya, saham Lululemon Athletica melonjak 9,6% setelah produsen pakaian tersebut menaikkan perkiraan laba tahunannya dan mengatakan bahwa CEO Calvin McDonald akan meninggalkan perusahaan.
Namun, saham Costco Wholesale berakhir hampir tidak berubah meskipun melampaui perkiraan Wall Street untuk pendapatan dan laba kuartal pertama karena konsumen membeli barang-barang kebutuhan pokok dan barang-barang tambahan yang terjangkau di toko-tokonya menjelang musim liburan yang penting.
Selanjutnya: PLA China Peringatkan Jepang: Satu Langkah Salah Bisa Seret Asia ke Jurang Konflik
Menarik Dibaca: Promo PSM Alfamart 13-15 Desember 2025, Sabun Cair Diskon hingga Rp 12.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













