kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG merosot ke level 6.026,18, begini prospek hingga akhir 2019


Selasa, 26 November 2019 / 22:01 WIB
IHSG merosot ke level 6.026,18, begini prospek hingga akhir 2019
ILUSTRASI. Pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (26/11) meneruskan pelemahannya ke level 6.026,18 atau turun 0,73% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya. Sementara itu, dibandingkan akhir Oktober lalu, IHSG telah turun 3,35% dari level 6.228,31.

Kepala Riset MNC Sekuritas Thendra Crisnanda mengatakan, secara historis, November memang menjadi salah satu bulan dengan probabilitas return negatif paling tinggi bagi IHSG. Dalam lima tahun terakhir, nilai probabilitas IHSG untuk bearish pada bulan ini sebesar 80%

Baca Juga: Hati-hati, masih ada potensi pelemahan IHSG pada hari ini

Selain itu, menurut dia, penurunan IHSG ini juga disebabkan oleh rebalancing pada MSCI Indonesia Index yang berlaku mulai Selasa, 26 November 2019. Lewat rebalancing tersebut, Morgan Stanley Capital International mengeluarkan saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), serta memasukkan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dari konstituen indeks tersebut. 

Akibatnya, pada perdagangan hari ini, SCMA menjadi saham yang paling banyak dijual asing dengan nilai mencapai Rp 332,91 miliar. Sementara itu, saham EXCL menjadi yang paling banyak dibeli asing dengan nilai Rp 52,65 miliar.

Akan tetapi, Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan menyampaikan,  meskipun saham SCMA menjadi yang paling banyak dijual asing, harga saham ini berbanding terbalik dengan IHSG karena ditutup menguat 1,65% ke Rp 1.230 per saham. 

Baca Juga: IHSG Terseok, Ini 10 Saham yang Paling Terperosok, Senin (25/11)

Oleh karena itu, menurut dia, penurunan IHSG pada hari ini lebih disebabkan oleh aksi jual asing yang nilai bersihnya mencapai Rp 1,57 triliun di semua pasar.

"Aksi jual asing yang cukup masif ini khususnya terjadi pada saham-saham BUMN sektor bank dan saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (26/11). 

"Nilai net sell harian yang sangat besar ini membuat pasar, khususnya domestik menjadi cemas," lanjut dia. Hal ini  terlihat dari porsi transaksi domestik pada hari ini yang hanya mencapai 35%, dari rata-rata harian yang biasanya sekitar 65%.  

Baca Juga: Industri reksadana dapat ujian berat, investor diimbau jangan panik

Tekanan pada IHSG masih berlanjut

Alfred memprediksi, tekanan terhadap IHSG masih akan berlanjut, mengingat aksi jual asing yang masih masif pada awal pekan ini. Dalam minggu ini, ia melihat IHSG akan kembali menguji level support di 5.980.

Sementara itu, hingga akhir 2019, ia memperkirakan IHSG bisa menguat ke level 6.300-6.400. Kenaikan IHSG dapat terwujud apabila kesepakatan awal perang dagang antara Amerika Serikat dan China bisa terealisasi pada akhir tahun ini. Akan tetapi, jika tidak tercapai, maka IHSG akan ditutup pada kisaran 6.200. 

Baca Juga: Prediksi Kurs Rupiah: Angin Segar dari China

Bernada serupa, Thendra menyatakan bahwa pihaknya melihat peluang IHSG akan kembali naik mulai pertengahan Desember didorong  aksi window dressing

"Kemungkinan untuk IHSG meningkat jauh lebih besar di bulan Desember dengan tingkat probabilitas sebesar 100%," ucap dia. Sekuritasnya masih mempertahankan target IHSG di akhir tahun 2019 pada level 6.334. 

Baca Juga: Tiga indeks utama Wall Street mencetak rekor tertinggi

Terlebih lagi, menurut dia, pengaruh rebalancng MSCI Indonesia Index akan semakin minim ke depannya bagi pergerakan IHSG. Pasalnya, dampak rebalancing ini biasanya sudah terjadi sejak dua minggu sebelumnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×