kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG mengekor pergerakan Dow Jones dalam sebulan terakhir


Kamis, 15 Agustus 2019 / 19:15 WIB
IHSG mengekor pergerakan Dow Jones dalam sebulan terakhir
ILUSTRASI. Papan elektronik pergerakan saham di BEI


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama sebulan, Dow Jones Industrial Average turun hingga 6,34%. Pada periode yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 3,01%. Analis memproyeksikan dalam jangka pendek IHSG akan melanjutkan tren pelemahan.

Kepala riset Infovesta Utama Wawan Hendryana menyatakan, turunnya DJIA ini belum menjadi sinyal kuat untuk resesi. Sebab untuk melihat adanya kemerosotan ekonomi harus melihat banyak indikator lainnya.

“Kalau turunnya hanya sebulan ini berarti sentimennya jangka pendek karena perang dagang dimulai lagi. Walaupun ada tanda-tanda perlambatan, tapi untuk resesi ekonomi masih jauh,” jelasnya.

Baca Juga: IHSG turun lagi ke 6.257 pada perdagangan Kamis (15/8)

Menurut Wawan merosotnya DJIA tentu saja berpengaruh pada IHSG karena pasar saham Indonesia tidak terlepas dari investor asing. Jadi kejatuhan IHSG lebih karena investor asing yang panik karena perang dagang kembali memanas ditambah dengan devaluasi mata uang yuan.

Wawan bilang IHSG akan tertekan dalam jangka pendek, di bulan ini saja. Di bulan depan, sentimennya sudah berubah dan efek penurunan suku bunga sudah mulai dirasakan. Jadi, Wawan tidak merevisi proyeksi IHSG sampai tahun depan di level 6.800.

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menjelaskan, pergerakan Dow Jones dan IHSG sejalan.“Ditambah lagi hari ini rilis data neraca dagang di Juli 2019 masih negatif atau defisit US$ 60 juta,” kata dia.

Baca Juga: Ekspor Indonesia meningkat 31,02% secara bulanan pada Juli 2019

Sukarno memproyeksikan, dalam jangka pendek IHSG akan melanjutkan tren pelemahan sehingga investor disarankan untuk menghindari sektor manufaktur. Sukarno bilang di sektor tersebut rilis data dagangnya tercatat negatif.

Sukarno menjelaskan strategi investasi yang baik adalah wait and see terlebih dahulu. Sebab investor lebih baik menunggu bursa AS kembali menghijau. Apalagi IHSG juga masih bergerak stagnan. Secara year to date (YTD) saja IHSG hanya naik 1,02%.

Pada saat Sukarno menyarankan investor untuk melirik emiten pertambangan pada komoditas emas dan nikel karena harga komoditasnya dalam tren kenaikan. Ditambah lagi dengan sentimen lain datang dari Keppres tentang mobil listrik yang secara tidak langsung akan menguntungkan emiten yang produksi nikel.

Baca Juga: Penjualan emas Antam (ANTM) tumbuh 14,60% di semester I 2019

Sukarno merekomendasikan investor untuk mencarmati beberapa saham yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Central Omega Resources Tbk (DKFT).

Walaupun ekspor nikel dihentikan dan bisa saja menjadi penghambat untuk sektor ini, Sukarno menyatakan pengaruhnya tidak akan terlalu signifikan pada ANTM. Sukarno merekomendasikan investor untuk buy on weakness saham ANTM, INCO dan DKFT menunggu koreksi harganya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×