Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas 132,96 poin atau anjlok 1,93% ke level 6.742,57 pada penutupan perdagangan Jumat (7/2). Posisi ini melemah 5,16% dalam sepekan terakhir.
IHSG tercatat sebagai indeks yang berada di zona merah di saat bursa global lainnya tengah menghijau.
Tengok saja, performa indeks saham utama Hong Kong, yakni Hang Seng Index (HSI) menguat 4,49% dan indeks Shanghai Composite (SSEC) asal Shanghai naik 1,57% dalam sepekan. Sementara indeks saham asal Singapura, Straits Times naik tipis 0,15%.
Dari Eropa, indeks FTSE 100 dan Xetra Dax mengalami penguatan masing-masing 0,38% dan 0,84%
Sementara dari Amerika Serikat, pergerakan S&P 500, Nasdaq dan Dow Jones asal New York bergerak menguat dalam sepekan, masing-masing 0,71%, 0,84% dan 0,46%.
Baca Juga: IHSG Ambruk 5,16% di Pekan Ini, Simak Sentimen yang Menyeretnya
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi melihat koreksi IHSG dipengaruhi beberapa faktor dalam sepekan terakhir, baik dari sisi eksternal, internal, sentimen saham hingga industri.
Sentimen pertama datang dari penurunan sektor keuangan pasca rilis kinerja di sepanjang tahun 2024 yang beberapa di bawah ekspektasi pasar mendorong terjadinya tekanan.
Tercatat asing juga masih melego saham perbankan seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 2,06 triliun, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 1,06 triliun, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 114 miliar.
Sentimen kedua berasal dari penurunan harga saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebesar 19,94%, yang mengakibatkan hilangnya kapitalisasi pasar sebesar Rp 234 triliun paska gagal masuk ke dalam indeks MSCI. Tercatat saat ini BREN berada di 2 teratas kapitalisasi pasar di IHSG.
Dari sisi eksternal, meningkatnya ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang, terutama antara Amerika Serikat dan China memberikan tekanan lebih dalam bagi perekonomian Indonesia. Pasalnya, kedua negara tersebut merupakan mitra dagang Indonesia dengan nilai perdagangan yang sangat besar.
"Jika terjadi perlambatan dan pelemahan permintaan, maka akan menjadi sentimen negatif untuk ekonomi dalam negeri," kata Audi kepada Kontan, Jumat (7/2).
Audi menyarankan kepada investor untuk wait and see dengan mempertimbangkan saham yang terdiskon tetap masih cukup resilience.
Selain itu, beberapa saham blue chip juga mulai memiliki margin of safety yang menarik sehingga dapat untuk melakukan akumulasi beli secara bertahap untuk investasi jangka yang lebih panjang.
Audi merekomendasikan speculative buy pada saham PT Surya Esa Perkasa Tbk.(ESSA) dengan target harga Rp 940 per saham dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan target harga Rp 1.720 per saham. Selain itu, ia juga merekomendasikan buy PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 5.800 per saham.
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project William Hartanto menerangkan tekanan IHSG dalam sepekan ini disebabkan oleh rilis data ekonomi. Tapi terkhusus hari ini, pelemahan IHSG berasal dari gagalnya saham BREN, CUAN dan PTRO masuk MSCI.
William menyarankan investor untuk wait and see dalam situasi saat ini. Menurutnya, pembelian saham yang ideal sebaiknya dilakukan ketika terdapat indikasi jenuh jual.
Oleh karena itu, investor disarankan menunggu hingga IHSG selesai mengalami fase konsolidasi setelah pelemahan serta melihat tanda-tanda berhentinya aksi jual investor asing.
"Baru dari situ bisa mulai cicil beli saham lagi," ujar William kepada Kontan, Jumat (7/2).
William menyatakan IHSG belum menunjukkan indikasi jenuh jual dalam waktu dekat. Menurutnya, salah satu sentimen yang berpotensi memengaruhi pergerakan pasar adalah rilis laporan keuangan emiten.
Namun, faktor ini dinilai belum cukup kuat untuk membalikkan arah tren IHSG saat ini.
Selanjutnya: Harga Emas Spot Menuju Kenaikan Enam Minggu Berturut-turut pada Jumat (7/2)
Menarik Dibaca: Tingkatkan TKDN, FAT Gas Compressor Hadir di Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News