kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.095   -25,00   -0,16%
  • IDX 7.108   -49,86   -0,70%
  • KOMPAS100 1.064   -9,05   -0,84%
  • LQ45 834   -8,40   -1,00%
  • ISSI 216   -2,01   -0,92%
  • IDX30 426   -3,80   -0,88%
  • IDXHIDIV20 514   -4,38   -0,84%
  • IDX80 121   -1,10   -0,90%
  • IDXV30 127   -0,23   -0,18%
  • IDXQ30 142   -1,29   -0,90%

IHSG Bergerak Sideways, Cermati Penyebabnya


Minggu, 09 April 2023 / 17:43 WIB
IHSG Bergerak Sideways, Cermati Penyebabnya
IHSG Bergerak Sideways, Cermati Penyebabnya


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Indeks harga saham gabungan (IHSG) cenderung bergerak sideways dan masih akan berlanjut ke depannya, seiring sikap pelaku pasar yang masih akan wait and see.

CEO Edvisor.id, Praska Putrantyo, mengatakan per 6 April 2023 secara year to date (YTD) pergerakan IHSG cenderung sideways dalam kisaran 6.530-6.950 dikarenakan investor sudah memprediksi rilis kinerja emiten sepanjang 2022 mayoritas bertumbuh dibanding 2021 sehingga tidak terlalu mendongkrak IHSG secara keseluruhan. 

"Tambah lagi, saham-saham big caps masih relatif melemah di periode yang sama, di antaranya seperti sektor Keuangan, Energi, Infrastruktur, dan Barang Konsumen Primer," Jelasnya kepada Kontan.co.id, (7/4). 

Selain itu, Investor masih cenderung mengantisipasi dampak kebijakan moneter ketat, yakni era kenaikan suku bunga acuan The Fed dan BI, terhadap sektor riil yang akan terefleksi pada rilis GDP per kuartal I-2023 dan kinerja emiten di kuartal I-2023.

Baca Juga: IHSG Masih Berpotensi Mengalami Fluktuasi, Simak Rekomendasi Analis

Praska mengatakan kekhawatiran pasar sebenarnya sudah relatif mereda, terutama bagi investor asing di mana sudah cenderung kembali mencatatkan Net Buy dengan akumulasi di pasar reguler sepanjang year to date (YTD) 6 April 2023 sebanyak Rp 4,48 triliun. 

Menurut Praska sikap investor masih cenderung wait and see terhadap rilis data-data ekonomi, khususnya di AS untuk melihat potensi langkah The Fed selanjutnya terkait suku bunga acuan.

Praska menambahkan investor asing lebih fokus pada orientasi akselerasi ekonomi jangka panjang, terlebih pasca era suku bunga tinggi, tentu akan ada kelonggaran moneter, jika data laju inflasi tahunan baik secara global maupun di Indonesia terus menunjukkan perlambatan hingga menyentuh target yang diharapkan. 

"Hal ini juga terjadi di pasar SBN di mana investor asing tetap melakukan akumulasi pembelian di tengah era suku bunga tinggi," tuturnya. 

Praska mengatakan sementara kondisi IHSG lebih dominan dipengaruhi sikap investor yang lebih memilih wait and see terhadap rilis informasi ekonomi dan kinerja emiten selanjutnya, sehingga pergerakan sepanjang YTD ini relatif sideways bahkan tercatat negatif 0,85% di periode tersebut.

Baca Juga: Rekomendasi Analis untuk Saham Emiten Consumer yang Sedang Melandai Saat Ramadan

Adapun prospek IHSG hingga akhir semester I-2023 diperkirakan masih relatif fluktuatif karena sikap wait and see investor dan tendensi investor masih memilih aset yang lebih aman, seperti emas dan obligasi pemerintah.

Praska mengatakan sentimen yang dapat mempengaruhi IHSG berasal dari rilis data-data ekonomi, khususnya di GDP dan kinerja emiten di tengah era suku bunga tinggi. Jika perlambatan sesuai ekspektasi, maka IHSG akan kembali bergerak naik karena harapan potensi pemulihan di tahun berikutnya.

Namun, selain antisipasi terhadap rilis data-data ekonomi dan kinerja emiten, investor juga menyoroti potensi langkah China dan Rusia yang ingin menggunakan mata uang selain Dollar untuk kegiatan perdagangan di mana berpotensi memicu perang dagang kembali sekaligus mengganggu stabilitas ekonomi yang saat ini mencoba pulih pasca pandemi.

Praska menargetkan IHSG untuk jangka pendek di semester 1 2023 kembali ke level 7.000 pasca rilis kinerja emiten per kuartal I-2023 serta menunggu tren suku bunga acuan BI dan The Fed, apakah sudah stabil atau masih berpeluang naik lagi. 

Sementara hingga akhir tahun, target level IHSG berada di level 7.400-an dengan asumsi bertumbuh 8% dari penutupan akhir tahun lalu.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Sektor Semen : INTP, SMGR, SMBR dan CMNT

Praska merekomendasikan beli untuk sektor perindustrian seperti ASII dengan target harga Rp 6.600, ABMM dengan target harga Rp 3.800, sektor barang baku seperti ANTM dengan target harga Rp 2.250, MDKA dengan target harga Rp 4.900.

Selanjutnya, sektor infrastruktur telekomunikasi yaitu TLKM dengan target harga Rp 4.500, sektor energi seperti PGAS dengan target harga Rp 1600, INDY dengan target harga Rp 2.700, dan sektor barang konsumen MPMX dengan target harga Rp 1.300, AMRT dengan target harga Rp 3.000, INDF dengan target harga Rp 6.900.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×