Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih gagal untuk menembus level 7.300. Hal tersebut akibat tekanan pada beberapa emiten yang memiliki bobot cukup besar ke IHSG.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto, menuturkan, gagalnya IHSG bertahan di atas 7.300 lebih dikarenakan aksi profit taking setelah kenaikan yang cukup drastis lantaran terangkat masuknya GOTO sebagai pendatang baru di BEI dengan market cap ranking 3.
Namun, kenaikan GOTO tidak berlanjut sehingga IHSG juga terimbas karena bobotnya yang besar.
Kemudian, pergerakan sektor perbankan masih masih cenderung sideways juga menjadi pemberat IHSG. Selain itu sektor consumer, properti, dan konstruksi masih bergerak dalam tren turun selama beberapa pekan terakhir.
Baca Juga: Asing Lego Saham CPIN, TPIA dan SMGR, IHSG Terkoreksi 0,38% ke 7.235, Kamis (14/4)
Kekhawatiran akan merosotnya daya beli akibat inflasi dan pemberlakuan tarif PPN menjadi sentimen negatif di sektor consumer. Lalu, tingginya harga komoditas juga menggerus laba para emiten consumer karena harga bahan baku melonjak.
Sedangkan sektor properti tertekan karena khawatir kenaikan suku bunga. Menurunnya besaran insentif dari pemerintah juga mengurangi potensi pertumbuhan.
"Sektor lain yang masih relatif lemah adalah konstruksi dan semen, secara kinerja termasuk yang paling lambat dalam pemulihan karena anggaran masih diprioritaskan ke sektor kesehatan tahun lalu sehingga banyak proyek yang tertunda," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (14/4).
Walau begitu, ia melihat IHSG hingga saat ini masih berada dalam tren menguat sejak awal tahun lalu. Dorongan capital inflow menjadi faktor utama dengan net buy asing selama tahun berjalan ini (YTD) sudah mencapai lebih dari Rp 50 triliun di pasar regular.
"Belum ada tanda-tanda capital inflow ini berhenti, sempat terjadi net sell hari ini karena transaksi negosiasi, tapi kurang menggambarkan kondisi pasar yang mana di regular masih net buy lebih dari Rp 489 miliar," paparnya.
Baca Juga: Asing Net Sell Rp 114,8 Miliar, IHSG naik 0,11% ke 7.270,8 di Awal Perdagangan (14/4)
Dia juga melihat ada potensi menarik dari saham perbankan menjelang rilis laporan keuangan kuartal pertama yang diperkirakan akan mencatatkan hasil yang positif.
Menurutnya, jika dilihat dari laporan bulanan hingga Februari kemarin sudah mencatatkan pertumbuhan laba yang signifikan, seperti BBCA naik 23% YoY, BBRI naik 29%, BMRI naik 57% dan BBNI naik 88%.
Hal ini mendasari keyakinannya bahwa hasil kuartal pertama ini akan kembali membukukan kinerja yang cemerlang seperti tahun lalu. "Jika bank big caps ini bergerak tentu akan membawa IHSG menguat signifikan karena masing-masing memiliki bobot yang relatif besar," sambungnya.
Berangkat dari sana, Pandhu memproyeksikan resistance IHSG berada di level all time high-nya yang awal pekan ini di level 7.355. Harapannya akhir bulan ini sudah dapat ditembus dengan katalis dari rilisnya laporan keuangan kuartal pertama ini.
Sementara untuk target hingga akhir tahun Investindo Nusantara Sekuritas melihat ada potensi IHSG menguat hingga 7.750, mengingat harga komoditas yang masih tinggi hingga saat ini akan menjadi motor bagi perekonomian Indonesia.
"Selain itu daya beli masyarakat juga seharusnya sudah semakin pulih, lebih berani melakukan spending menjelang lebaran ini sehingga diharapkan dapat memberikan dorongan penguatan lebih lanjut," imbuhnya.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.270,8 di Awal Perdagangan (14/4), Asing Lepas BEBS, DOID, BBRI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News