kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

IDX BUMN20 tertekan, saham-saham ini masih punya prospek cerah


Senin, 05 Oktober 2020 / 22:41 WIB
IDX BUMN20 tertekan, saham-saham ini masih punya prospek cerah
ILUSTRASI. IDX BUMN20 tertekan, saham-saham ini masih punya prospek cerah


Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki kuartal IV 2020, saham-saham BUMN masih mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan. Ini tercermin dari indeks BUMN20 atau IDX BUMN20 yang tertekan paling dalam dibandingkan indeks saham lainnya.

Mengutip data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (5/10), IDX BUMN20 tertekan hingga 29,57% sejak awal tahun atau year to date (ytd). Sebagai pembanding, IHSG terkikis 21,28% ytd.

Asal tahu saja, IDX BUMN20 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham perusahaan tercatat yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan afiliasinya.

Melihat kondisi ini, Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menjelaskan, sebagian besar konstituen IDX BUMN20 merupakan saham-saham plat merah di sektor perbankan dan sektor infrastruktur.

Baca Juga: RUU Pengawasan Obat Dibahas, Pengusaha Berharap Sanksi Pembinaan Ketimbang Pidana

Padahal jika dilihat sejak awal tahun, saham-saham tersebut mencatatkan pelemahan. Sehingga tidak mengherankan jika IDX BUMN20 mengalami tekanan yang paling dalam sejauh ini.

Adapun saham-saham perbankan plat merah yang menjadi konstituen seperti BBNI, BBRI, BMRI, BBTN, dan BJBR. Untuk saham infrastruktur ada PGAS, JSMR, dan TLKM.

Alfred juga mengamati, sejauh ini pelaku pasar cenderung lebih mengapresiasi saham-saham non-BUMN. Hal ini tercermin dari saham sektor perbankan.

Misalnya, koreksi harga saham yang dialami perusahaan swasta BBCA lebih mini dibanding saham-saham bank BUMN. Asal tahu saja, hingga penutupan perdagangan hari ini, BBCA terkikis 17,43% ytd. Sementara saham-saham bank plat merah melorot antara 28% hingga 41,51%.

Menurutnya, selain menghadapi kondisi pasar yang tidak pasti, saham-saham BUMN khususnya sektor perbankan menanggung tugas tambahan yang dinilai menjadi beban seperti penyaluran bantuan kredit maupun restrukturisasi.

Baca Juga: Selusin emiten siap mengguyur dividen! Cek cum dividen sepekan ke depan

Tidak jauh berbeda, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menganggap wajar IDX BUMN20 mengalami penurunan yang dalam. Sebab, saham-saham berkapitalisasi pasar besar seperti BBRI, TLKM, dan BMRI berkontribusi hingga 30% terhadap pergerakan IDX BUMN20.

Padahal sejak awal tahun, ketiganya mengalami tekanan harga yang cukup dalam. BBRI menurun 28,18% ytd, TLKM terkikis 33,25% ytd, dan BMRI melemah 30,29% ytd.

Di sisi lain Wawan mengamati,  konstituen indeks tersebut tidak terdiversifikasi. Sehingga wajar apabila IDX BUMN20 memiliki risiko penurunan yang lebih besar dibanding indeks lain. Apalagi, IDX BUMN20 tidak memiliki saham-saham sektor barang konsumen yang cenderung defensif dan bisa menjadi penopang di tengah kondisi pasar yang tidak pasti.

Sebenarnya, lanjut Wawan, ada KAEF sebagai saham sektor bahan konsumen. Akan tetapi, kapitalisasi pasar emiten farmasi itu terlalu mini sehingga kenaikan harga yang dialaminya tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan indeks.

Saham perbankan dan telekomunikasi masih prospektif

Kendati menjadi indeks yang melorot paling dalam sejak awal tahun, beberapa saham dianggap masih prospektif. Dillihat dari sektornya, Alfred menjagokan saham-saham sektor perbankan seperti BBNI dan BMRI. Sementara untuk sektor telekomunikasi ada TLKM.

" Valuasi mengalami penurunan karena penuranan fundamental tidak sebanding dengan penuranan harga sahamnya," jelas Alfred kepada Kontan.co.id, Senin (5/10).

Ia pun mennyarankan buy BMRI dengan target harga Rp 6.450, BBNI dengan target harga Rp 5.300, dan TLKM dengan target harga Rp 3.500. Ketiganya direkomendasikan untuk short term atau dalam jangka waktu hingga akhir tahun. Sebab menurutnya, IHSG masih berpotensi mengalami penguatan antara 5% hingga 10% di kuartal empat ini.

Baca Juga: 11 Emiten siap mengguyur dividen, cek jadwal lengkapnya

Tidak jauh berbeda, Wawan juga menyukai saham-saham plat merah yang tergolong murah. Misalnya, TLKM untuk sektor telekomunikasi, serta BBRI dan BMRI untuk sektor perbankan. Dipilih dua emiten ini dibanding emiten perbankan yang lain karena modalnya tergolong kuat.

" Fungsi modal untuk menyerap kerugian. Semakin kuat permodalannya semakin besar bisa menyerap kerugian atau bisa bertahan," jelas Wawan ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (5/10). Modal yang kuat akan sesuai dengan kondisi pasar saat ini yang dibayangi resesi. Adapun saham-saham itu disarankan untuk jangka waktu panjang atau lima tahun.

Sekadar informasi, sebenarnya ada saham-saham plat merah yang naik signifikan sepanjang tahun, seperti KAEF dan INAF. Akan tetapi, Wawan merekomendasikan untuk menghindarinya terlebih dahulu sebab valuasinya sudah mahal. Di sisi lain, penguatan sejauh ini cenderung ditopang oleh sentimen-sentimen positif terkait vaksin.

Alfred menambahkan, sentimen positif dari produksi dan distribusi vaksin memang membuat dua emiten farmasi plat merah itu menjadi menarik. Akan tetapi, investor perlu mencermati kembali margin yang didapatkan oleh perusahaan ketika vaksin dipasarkan nantinya. Sebab, ada potensi margin yang dikantongi perusahaan terbatas mengingat harga vaksin musti terjangkau oleh pasar.

Selanjutnya: Kesempatan mengail cuan dividen! Cek cum dividen 11 emiten ini sepekan ke depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×