kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hype NFT dan Metaverse di Industri Kripto Masih Akan Berlanjut pada Tahun Ini


Jumat, 07 Januari 2022 / 18:48 WIB
Hype NFT dan Metaverse di Industri Kripto Masih Akan Berlanjut pada Tahun Ini
ILUSTRASI. Ilustrasi NFT (Non-fungible token). (Photo by Rafael Henrique/SOPA Images)


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri aset kripto pada tahun 2021 kemarin diramaikan oleh kehadiran tema Non Fungible Token (NFT) hingga metaverse. 
Perkembangan dua teknologi tersebut membawa dampak positif terhadap industri kripto. Terlebih lagi, koin-koin maupun jaringan blockchain yang memfasilitasi atau bertemakan dua hal tersebut ikut terangkat kinerjanya. 

Tengok saja pergerakan harga Axie Infinity (AXS) dan The Sandbox (SAND) yang harganya naik lebih dari 10.000% sepanjang 2021. Keduanya merupakan aset kripto yang bertemakan metaverse. 

Sentimen Facebook.Inc yang berubah menjadi Meta.Inc dan ingin mengembangkan metaverse-nya sendiri jadi sentimen utama pendongkrak harga keduanya.

CEO Triv Gabriel Rey meyakini baik NFT maupun metaverse masih akan jadi teknologi yang ramai diperbincangkan dan dikembangkan pada tahun 2022. Hal ini tercermin dari komitmen perusahan-perusahaan besar yang masuk dan ingin mengembangkan NFT maupun metaverse.

Baca Juga: 3 Aset Kripto yang Layak Dilirik Tahun 2022, Diramal Terbang Tinggi

Ia mencontohkan, Facebook melalui Oculus masih akan terus mengembangkan dunia metaverse miliknya. Lalu, Adidas juga turut mengembangkan pasar NFT hingga bersiap membangun toko online melalui metaverse. Teranyar, Samsung juga baru saja membeli lahan di Decentraland dan membangun Samsung store di sana.

“Jadi bisa dipastikan, tema metaverse maupun NFT masih akan hype pada tahun ini,” kata Gabriel ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (7/1).

Senada, Partner at Bullwhales Timotius Henry mengungkapkan, NFT yang ada saat ini justru merupakan permulaan hype dari sistem baru dan konsep NFT itu sendiri. 

Konsep baru ini berupa kita dapat mencatatkan kepemilikan secara sah untuk barang-barang terutama barang digital. 

Menurutnya, ke depan hal tersebut masih akan berkembang lebih luas. Tak hanya itu, use case dari NFT juga akan lebih serius, seperti kepemilikan tanah, copyright, yang semuanya dapat dicatatkan di dalam blockchain. 

“Dengan konsep seperti ini, akan meminimalisir adanya konflik seperti sengketa tanah, maupun perebutan hak cipta / copyright,” jelas Henry.

Selain NFT dan metaverse, Gabriel meyakini teknologi Decentralized Finance (DeFi) juga akan jadi salah satu yang paling berkembang pada tahun ini. Salah satu faktornya adalah masih rendahnya suku bunga perbankan saat ini, sehingga akan banyak investor yang mencari suku bunga melalui kripto. 

DeFi adalah teknologi yang memungkinkal hal tersebut melalui stacking maupun DeFi lending. Selain itu, Gabriel juga menyebut akan banyak teknologi maupun fitur lain yang akan dikembangkan melalui DeFi. 

Alhasil, blockchain Ethereum yang kerap dijadikan sebagai pusat DeFi bisa diuntungkan dengan pengembangan teknologi di DeFi.

Hanya saja, ia menyebut, jaringan Ethereum masih memiliki gas fee yang mahal. Hal ini berpotensi menghalangi investor ritel untuk masuk. 

“Jadi, Binance Smart Chain (BSC) bisa juga diuntungkan karena feenya jauh lebih murah dari jaringan Ethereum. Oleh karena itu, Binance Coin (BNB) atau Pancake Swap bisa diuntungkan dari hal ini,” imbuh Gabriel.

Baca Juga: 5 Prediksi Bitcoin, NFT, dan Masa Depan Kripto Tahun 2022

Berbeda dengan Gabriel dan Henry, Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar Christopher Tahir justru meyakini ada potensi hype yang timbul dari kedua tema tersebut bisa mereda di tahun ini. 

Menurutnya, baik NFT maupun metaverse sebenarnya masih sangat early. Sehingga prospek keduanya lebih didorong oleh hype yang ada saat ini. Namun, ketika orang-orang mulai menyadari perkembangan NFT dan metaverse masih terlalu cepat, bukan tidak mungkin pasarnya bisa saja ambruk.

“Kendati begitu, sepertinya narasi soal metaverse ini masih akan didengungkan pada tahun ini,” tutup Christopher.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×