Reporter: Dyah Megasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Rencana PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) membangun pabrik baru di Tuban sepertinya bakal berjalan mulus. Padahal, adanya kenaikan harga minyak dunia membuat Holcim merevisi total dana yang akan dikeluarkan untuk membangun pabrik tersebut. Semula produsen semen ini berencana menginvestasikan dananya sebesar US$ 500 juta. Namun, kenaikan harga minyak diperkirakan akan menaikkan dana investasi sebesar 25%. "Mungkin biayanya akan membengkak dari perkiraan kami semula," kata Presiden Direktur Holcim Indonesia Timothy D. Mackay.
Untuk itu, emiten berkode saham SMCB itu berencana mendapatkan pinjaman dari luar perusahaan. Kini, International Financial Corporation (IFC) sudah setuju untuk memberikan kucuran pinjaman. Sayangnya, Timothy masih enggan menyebutkan berapa besar pinjaman dari IFC tersebut. "Kami sedang menghitung berapa biaya yang dibutuhkan untuk membangun pabrik Tuban, yang jelas lebih dari US$ 500 juta," paparnya. Yang pasti, jika tak ada halangan, dana pinjaman itu akan dikucurkan pada kuartal keempat. Dengan demikian, pada awal 2009, Holcim bisa memulai pembangunan pabrik tersebut.
Timothy pun bilang, adanya revisi dana yang dibutuhkan untuk investasi membuat modal kerja Holcim ikut mengalami perubahan. "Karenanya, saat ini kami sedang mengkaji ulang besarnya capex tahun ini yang pastinya akan bertambah pula," jelasnya.
Jika pabrik tersebut berhasil dibangun, lanjut Timothy, maka kapasitas produksi SCMB tiga tahun mendatang akan sebesar 10,5 juta ton. Sekadar informasi, tahun ini, produksi SMCB hanya mencapai 7,9 juta ton. Jumlah tersebut berasal dari pabrik Narogong dan Cilacap.
Selain akan membangun pabrik baru di tuban, Holcim juga berencana menjalankan kontrak pemasaran oil well cement (OWC) atau semen sumur minyak. Dalam hal ini, Holcim White akan menjadi agen pemasaran SMCB untuk menjual semen sumur minyak yang diproduksi oleh SMCB. Sebagai imbalan, Holcim white akan mendapatkan fee atau komisi pembayaran sebesar 10% dari setiap ton penjualannya. Harga OWC ini nantinya akan bervariasi antara US$ 120 ribu hingga US$ 140 ribu per ton.
Selama ini, penjualan semen sumur minyak terhadap SMCB hanya 1% setiap tahunnya. "Ini sangat stagnan, padahal prospek semen sumur minyak akan bagus ke depannya" ujar Timothy.
Catatan saja, sebelumnya, SMCB telah mengambil alih kepemilikan dari PT Bintang Polindo Perkasa (BPP). Hal itu dilakukan melalui akuisisi grinding plant yang memiliki kapasitas produksi 600.000 ton. Di Grinding plant ini, 50% dari produksi ditargetkan untuk OWC. Saat ini, produksi OWC Holcim baru mencapai 25.000 metric ton. Namun, perusahaan menargetkan produksi mampu mencapai 50.000 ton pada akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News