Reporter: Ade Jun Firdaus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Geliat industri infrastruktur domestik masih lesu, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mulai menyasar kontrak proyek pengerjaan di luar negeri. Perusahaan konstruksi pelat merah ini baru saja mengantongi proyek pembangunan gedung Qurji di Libya.
Sekretaris Perusahaan WIKA Natal Argawan Pardede bilang, nilai kontrak proyek finishing gedung yang dikerjakan selama setahun tersebut mencapai US$ 11,6 juta. "Kami baru dapatkan pada akhir Agustus lalu. Saat ini, kami sudah kirim tenaga untuk pelatihan dalam proyek itu," ujarnya, Kamis (21/10).
Namun, WIKA tidak bertindak sebagai kontraktor tunggal dalam proyek ini, WIKA kebagian jatah 70% dari total nilai kontrak. Sisanya, merupakan jatah perusahaan lokal yakni Solar Sahara Investment.
Dengan penambahan kontrak baru di Libya ini, imbuh Natal, maka total nilai kontrak WIKA yang telah dikantongi sejak awal tahun hingga Agustus, mencapai Rp 4,5 triliun. Artinya, WIKA baru mengantongi 45% dari total target kontrak baru tahun 2010 sebesar Rp 10 triliun.
Natal menambahkan, mengincar kontrak-kontrak di luar negeri memang menjadi strategi WIKA dalam mengejar target kontrak baru. Maklum, saat ini perusahaan konstruksi pemerintah seperti WIKA sedang seret proyek lantaran sepanjang enam bulan pertama tahun ini, relatif tidak ada penyerapan APBN untuk sektor infrastruktur. "Proyek-proyek baru mulai berjalan pada Juli hingga Agustus," lanjut Natal.
Meski demikian, WIKA masih optimis mampu meraup target kontrak baru tahun ini. Pasalnya, total nilai pengajuan kontrak yang telah dimasukkan kepada para pemilik proyek, mencapai Rp 20 triliun. Sementara tingkat kesuksesan WIKA memenangi tender pada kontrak yang telah diajukan selama ini mencapai 25%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
