kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hasil perundingan perang dagang AS-China masih samar kembali tekan harga obligasi


Minggu, 08 Desember 2019 / 18:36 WIB
Hasil perundingan perang dagang AS-China masih samar kembali tekan harga obligasi
ILUSTRASI. Aktivitas karyawan yang memantau perdagangan obligasi atau surat utang di dealing room Bank BRI di Jakarta, Selasa (12/8/2014). Ketidakpastian kesepakatan perundingan perang dagang AS-China kembali tekan harga obligasi.


Reporter: Danielisa Putriadita, Rahma Anjaeni | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang semakin memanas mempengaruhi indeks Inter Dealer Market Association (IDMA) yang cenderung bergerak turun dalam dua pekan terakhir.

Mengutip Bloomberg, Jumat (6/12), indeks IDMA berada di level 101,68. Dalam dua pekan, indeks yang menggambarkan harga obligasi ini turun 0,23% dari level 101,91.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan, sentimen utama yang menyebabkan indeks IDMA turun adalah perang dagang AS dan China yang semakin memanas.

Baca Juga: Permintaan dolar AS meningkat, rupiah diprediksi melemah pekan depan

Kabar terbaru, China akan menghapus tarif impor babi dan kedelai bagi importir dari AS. Meski, keputusan tersebut memberi sinyal positf atas kelanjutan perang dagang AS dan China, persoalan perang dagang tak lepas dari tarik ulur keputusan yang dibut Presiden AS, Donald Trump.

Hingga kini, Trump belum memastikan perkembangan perundingan dagang kedua negara tersebut. Pelaku pasar pun masih was-was menanti keputusan penerapan tarif impor dari AS untuk China di 15 Desember mendatang.

“Memang ada isu di pasar global, terutama perang dagang itu memanas, Amerika sama Tiongkok ini memanas lagi. Otomatis pasar kita terdampak,” ujar Ramdhan, Jumat (6/12).

Analis Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Lili Indarli juga mengatakan ketidakpastian perang dagang antara AS dan China menjadi faktor dominan yang menggerakkan pasar sejak pekan kedua di bulan lalu hingga saat ini.

"Konsen pasar mulai tertuju pada simpang siur terkait penghapusan tarif tambahan dan tuduhan Trump terhadap China yang melakukan praktirk curang dalam perdagangan global," kata Lili.

Baca Juga: Perang dagang dengan AS masih panas, cadangan devisa China amblas Rp 126 triliun

Ketidakpastian akan keberlanjutan kesepakatan dagang semakin meningkat setelah Donald Trump mengesahkan UU HAM dan dukungan terhadap demokrasi Hong Kong. Selain itu pasar juga dibayangi ancaman perang dagang baru yakni antara AS dengan Eropa, Brasil maupun Argentina.




TERBARU

[X]
×