Reporter: Akhmad Suryahadi, Barly Haliem, Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat
Proyeksi bursa saham hari ini
Nah hasil positif perdagangan saham pada Senin (16/12) diperkirakan berlanjut pada perdagangan saham Selas (17/12). Sejumlah analis melihat, sentimen positif masih berembus ke bursa saham hari ini.
Dari luar negeri, kesepakatan perdagangan fase pertama antara Amerika Serikat dengan China menjadi sentimen positif bagi bursa saham global, termasuk bagi Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani memperkirakan, IHSG akan melanjutkan penguatan dengan sentimen utama window dressing.
Baca Juga: IHSG naik 0,23%, tiga saham bank ini paling diburu asing
Sentimen inilah yang menjaga bursa kemarin tetap hijau kendati ada faktor negatif berupa defisit neraca dagang November sebesar US$ 1,3 miliar. Selain itu, pasar memperkirakan, suku bunga Bank Indonesia (BI) akan tetap ditahan di level 5%.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memprediksi, IHSG akan lanjut menguat. Kesepakatan dagang fase pertama antara AS dengan China sedikit banyak dapat menjadi katalis positif bagi pergerakan IHSG.
Sementara dari sisi teknikal, Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menilai IHSG masih berusaha untuk keluar dari fase konsolidasi wajarnya.
Karena itu, William memperkirakan, IHSG akan lanjut menguat dengan rentang pergerakan 6.089 – 6.261. Proyeksi Herditya, support dan resistance IHSG akan berada di 6.130 – 6.260.
Kecenderungan penguatan kurs rupiah belakangan ini juga mendorong laju harga saham. Memang, kemarin rupiah ditutup melemah0,14% menjadi 14.005 per dollar AS.
Namun, rupiah sempat menembus level 13.985 per dollar AS. Bahkan akhir pekan lalu, rupiah sempat menyentuh 13.968 per dollar AS sekaligus level terkuat tiga bulan terakhir.
Baca Juga: Meski ada kesepakatan fase satu, defisit yang dialami AS masih besar ketimbang China
Penguatan rupiah menjadi sentimen positif bagi pasar saham. Penguatan rupiah memberi efek psikologis yang positif bagi pelaku pasar.
Apresiasi kurs rupiah dinilai sebagai pertanda perbaikan fundamental ekonomi Indonesia. Penilaian tersebut pada akhirnya memperkuat keyakinan investor untuk masuk ke pasar saham dan mengakumulasi saham. Situasi inilah yang pada akhirnya menggairahkan pasar saham.