Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) masih memacu ekspansi di bisnis nikel. HRUM menyiapkan anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) yang cukup jumbo untuk mengembangkan proyek tambang dan hilirisasi.
Sekretaris Perusahaan Harum Energy, Renny Soependi, mengungkapkan pada 2025 HRUM menyiapkan capex sekitar US$ 400 juta. Hanya sebagai gambaran saja, jumlah itu setara dengan Rp 6,51 triliun jika dikonversi dengan kurs Jisdor per Kamis (23/1) sebesar Rp 16.276 per dolar Amerika Serikat.
Renny membeberkan, sebagian besar capex tersebut akan dipakai untuk pengembangan operasi penambangan bijih nikel di anak perusahaan, yakni PT Position. HRUM juga memprioritaskan penyelesaian konstruksi proyek High Pressure Acid Leach (HPAL) di PT Blue Sparking Energy (BSE).
Baca Juga: Harum Energy (HRUM) Kembali Gelar Transaksi di Bisnis Nikel, Nilainya Rp 4,22 Triliun
Pada tahun lalu, mayoritas capex HRUM juga digunakan untuk pengembangan unit usaha nikel. Sampai tutup tahun 2024, Renny memperkirakan HRUM menyerap capex sekitar US$ 500 juta. Jumlah itu termasuk untuk uang muka pembelian aset tetap.
Sejalan dengan ekspansi yang gencar dilakukan, bisnis nikel pun telah menjadi penopang kinerja HRUM. Hingga periode sembilan bulan 2024, mayoritas pendapatan konsolidasian HRUM sudah berasal dari unit usaha nikel.
"Kontribusi pendapatan dan laba dari unit usaha nikel diharapkan untuk terus bertumbuh di tahun-tahun ke depan, sejalan dengan berkembangnya volume produksi nikel Perseroan," kata Renny kepada Kontan.co.id, Kamis (23/1).
HRUM membidik kenaikan produksi nikel pada tahun 2025. Tapi, Renny belum merinci besaran volume target produksi HRUM. Dia hanya mengatakan kenaikan produksi nikel akan ditopang oleh smelter kedua HRUM melalui PT Westrong Metal Industry (WMI) yang beroperasi secara penuh.
Baca Juga: Bisnis Nikel Masih Punya Daya Tarik, Cek Rekomendasi Saham Berikut
HRUM juga meningkatkan utilisasi kapasitas produksi smelter, serta peningkatan produksi bijih nikel dari tambang PT Position agar produksi HRUM lebih terintegrasi. Secara bersamaan, HRUM fokus memacu proyek HPAL di BSE akan berjalan sesuai rencana untuk mulai berkontribusi pada awal tahun depan.
Progres proyek HPAL tersebut saat ini sudah mencapai lebih dari 50%. "Untuk unit usaha nikel, kami akan berupaya meningkatkan efisiensi operasional dari proyek-proyek yang sudah berjalan, mengingat kondisi pasar komoditas yang diperkirakan masih menantang pada tahun ini," terang Renny.
Sedangkan untuk bisnis batubara, Renny menegaskan HRUM tidak memiliki rencana akuisisi aset baru di segmen ini. HRUM akan fokus untuk mengelola dan mengembangkan aset-aset yang sudah ada (existing).
HRUM juga menjaga volume produksi batubara berada pada tingkat yang optimal supaya biaya produksi dapat terkendali. "Perseroan menargetkan volume produksi yang sedikit lebih rendah dari tahun lalu, sesuai dengan rencana penambangan yang baru untuk lebih mengendalikan biaya produksi," tandas Renny.
Baca Juga: Harum Energy (HRUM) Terus Ekspansi, Pendapatan dan Laba akan Dominan dari Nikel
Dari sisi pergerakan harga saham, HRUM menutup perdagangan Kamis (23/1) dengan pelemahan 2,06% ke posisi Rp 950 per saham. Jika diakumulasi secara year to date, harga saham HRUM melandai 8,21%.
Selanjutnya: Melongok Prospek dan Rekomendasi Saham PTPP di Tahun 2025
Menarik Dibaca: 6 Manfaat Telur Jika Dikonsumsi Setiap Hari, Apakah Aman?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News