Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) terus menggeber lini bisnis nikelnya. Pada Jumat (26/1), PT Harum Nickel Industry (HNI) yang merupakan anak usaha HRUM, telah melakukan pembelian saham-saham yang dimiliki oleh Prime Investment Capital Limited dan Walsin Singapore Pte. Ltd. dalam PT Westrong Metal Industry (WMI).
Harum Nickel Industry membeli sebanyak 1.214.000 lembar saham, yang mewakili 60,7% dari modal ditempatkan dan disetor Westrong Metal Industry. Nilai transaksi jual beli saham ini mencapai US$ 215,21 juta. Sumber pendanaan akuisisi ini berasal dari kombinasi kas internal dan pinjaman.
Dengan diselesaikannya transaksi pembelian saham ini, maka kepemilikan saham Harum Nickel Industry dalam Westrong Metal Industry meningkat dari sebelumnya sebesar 20% menjadi sebesar 80,7% dari modal ditempatkan dan disetor.
Baca Juga: Rajin Ekspansi ke Bisnis Nikel, Ini Prospek dan Rekomendasi Saham Harum Energy (HRUM)
Selain itu, terhitung sejak 26 Januari 2024, laporan keuangan Westrong Metal Industry (termasuk neraca dan laporan laba rugi) sebagai entitas anak akan dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan konsolidasian HRUM selaku induk perusahaan.
Dalam riset tertanggal 2 Februari 2024, analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer menyematkan rekomendasi buy untuk saham HRUM, dengan target harga Rp 1.600 per saham. Target ini mengimplikasikan forward price to earnings (P/E) ratio sekitar 7,4 kali.
Rekomendasi ini didorong oleh upaya berkelanjutan HRUM untuk terus meningkatkan bisnisnya di bidang pertambangan nikel dan industri pemurnian nikel.
Adapun smelter milik Westrong Metal Industry sedang dalam tahap akhir konstruksi dan diharapkan dapat mulai berproduksi secara komersial pada kuartal II-2024.
Baca Juga: Pengendali Hetzer Medical Indonesia Borong Saham MEDS Jauh di Bawah Harga Gocap
Namun, risiko yang membayangi rekomendasi terhadap HRUM datang dari sentimen Pemilu 2024, berlanjutnya kelebihan pasokan & penurunan harga Batubara, serta stagnasi permintaan batubara dari China
Sementara Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan menilai, bisnis nikel HRUM akan menopang pertumbuhan kinerja keuangan di tengah normalisasi harga batubara. HRUM akan mendapat sumber pendapatan baru yang terkonsolidasi dari bisnis nikel, walaupun harga nikel sudah tidak lagi setinggi tahun sebelumnya.
“Kami mengapresiasi HRUM yang terus berkomitmen untuk mendiversifikasi bisnisnya ke sektor Nikel,” kata Rizkia kepada Kontan.co.id, Selasa (30/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News