Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Manajemen HRUM menyebut, progres konstruksi pabrik tersebut telah mencapai 70% hingga akhir 2024. Pabrik ini ditargetkan beroperasi pada Desember 2025.
Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila mengatakan, peningkatan beban operasional dan biaya produksi cukup berdampak pada kinerja bottom line HRUM pada tahun lalu. “Harga komoditas yang volatile ikut serta dalam menekan laba, sehingga HRUM sulit menyesuaikan harga jual,” kata dia, Kamis (10/4).
Risiko volatilitas harga komoditas tambang masih akan berlanjut pada 2025 seiring ketidakpastian global akibat kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang dapat menimbulkan perang dagang.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham dan Prospek Indeks LQ45 Usai Melemah di Kuartal I-2025
Indy mengapresiasi langkah HRUM yang tengah gencar berekspansi mengembangkan bisnis nikel. Di sisi lain, pelemahan harga nikel dalam beberapa waktu terakhir menuntut HRUM untuk lebih cermat dalam melakukan efisiensi produksi dan operasional lainnya, sehingga margin perusahaan dapat terjaga.
“Untuk jangka panjang, diharapkan kondisi makroekonomi dapat segera pulih dan harga komoditas lebih stabil, sehingga ini dapat mendorong kinerja dan mendukung rencana ekspansi HRUM,” terang dia.
Lantas, Indy merekomendasikan buy trading HRUM dalam jangka pendek dengan target harga di level Rp 790 per saham.
Selanjutnya: Bank Jaga-Jaga Kualitas Kredit Memburuk Akibat Efek Trump
Menarik Dibaca: Anak Insomnia? Ikuti 3 Cara Ini untuk Mengatasi Insomnia ya Moms
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News