kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Hari ini, kinerja pasar saham regional ikut tersapu tsunami Jepang


Selasa, 15 Maret 2011 / 15:52 WIB
Hari ini, kinerja pasar saham regional ikut tersapu tsunami Jepang
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/2/2020). RDG Bank Indonesia memutuskan menurunkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak 25 basis poin menjadi 4,75 persen. FOTO


Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

TOKYO. Dampak gempa dan tsunami yang melanda Jepang tidak hanya meluluhlantakkan bumi Negeri Sakura saja. Pasar saham pun tak luput dari sapuan tsunami.

Lihat saja, hari ini, indeks acuan Jepang Nikkei 225 Stock Average terjungkal hebat. Pada penutupan sore di Tokyo, indeks Nikkei anjlok 11% menjadi 8.605,15. Ini merupakan level paling rendah sejak April 2009. Pada transaksi sebelumnya, indeks Nikkei sempat anjlok 14%, yang merupakan penurunan harian paling besar sejak market crash pada Oktober 1987.

Sementara itu, indeks Topix melorot 9,5% menjadi 766,73. Ini merupakan level terendah sejak Maret 2009 dan penurunan harian paling besar sejak Oktober 2008.

"Penurunan pasar saham seperti tsunami. Aktivitas produksi dan komersial diprediksi akan melorot sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan," papar Yutaka Yoshii, strategist Mito Securities Co di Tokyo.

Dengan demikian, bursa Jepang sudah mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut. Jika ditotal, selama tiga hari itu, nilai kapitalisasi pasar bursa Jepang sudah tergerus lebih dari US$ 680 miliar.

Rekor volume perdagangan

Meski tergerus hebat, volume transaksi perdagangan saham terbilang ramai mencapai 5 miliar saham. Angka itu melampaui volume transaksi kemarin yang hanya mencapai 4,88 miliar saham.

Sebelumnya, indeks Nikkei dan Topix juga pernah mengalami penurunan harian terburuk sebanyak dua kali. Pertama, pada saat kejadian pasar saham Black Monday mengalami crash pada 1987. Pada saat itu, indeks Nikkei dan Topix masing-masing melorot 14,9% dan 14,6%.

Kedua, pasar saham anjlok pada saat Lehman Brothers Holdings Inc dinyatakan bangkrut. Penurunannya tidak jauh berbeda dengan kisaran 13% hingga 14%.

Mempengaruhi bursa dunia

Anjloknya bursa Jepang juga merembet ke kawasan regional. Sore ini pukul 15.37, seluruh indeks acuan di kawasan regional berada di zona merah. Indeks Hang Seng, misalnya, turun 2,86%. Sementara, indeks Shanghai Composite Index dan Taiwan Taiex Index masing-masing turun 1,41% dan 3,35%.

Thai Index turun 1,67%, FTSE Bursa Malaysia turun 0,69%, dan S&P ASX 200 Index Australia turun 2,11%. Penurunan juga dialami indeks Kospi sebesar 2,40%. Pada jam yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di posisi 3.517,70 atau turun 1,46%.

"Anjloknya pasar saham dunia seiring dengan memburuknya situasi terkait penyebaran radiasi akibat ledakan nuklir. Kecemasan sosial semakin meningkat," papar Masayoshi Yano, senior market analyst Meiwa Securities Co.

Hal senada diungkapkan oleh Vice President, Research & Analysis Valbury Securities Nico Omer Jonckheere. Dia menambahkan, pergerakan indeks Nikkei tergantung dari sejauh mana pemerintah Jepang mengatasi kebocoran zat radiasi akibat ledakan pabrik nuklir. "Jika penyebarannya bisa diminimalisir, maka penurunan indeks Nikkei bisa tertahan. Tapi tidak sebaliknya," jelasnya.

Meski begitu, Nico berpendapat, penurunan Nikkei tak akan berdampak banyak pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sebab, masing-masing negara memiliki fundamental masing-masing. "Saya rasa fundamental Indonesia masih oke," jelasnya.

Nico juga bilang, penurunan indek yang terjadi hari ini masih terbilang wajar karena di kisaran 2%. "Bisa dikatakan penurunan ini bukan termasuk dalam kategori panic selling. "Panic selling itu jika penurunan di kisaran 4% hingga 5%," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×