Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian global akibat kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump serta kekhawatiran resesi global menekan harga komoditas industri.
Berdasarkan Trading Economics, Lalu logam industri juga turun, dengan penurunan terbesar alumunium sebesar 11,01% ke US$ 2.401 per ton. Selanjutnya, ada juga nikel yang turun 10,17% ke US$ 15.020 per ton, disusul timah 7,54% ke US$ 30.658 per ton.
Baca Juga: Harga Logam Industri Menguat Sebulan Terakhir, Begini Prospek Hingga Akhir Tahun
Berikut rekomendasi analis terhadap sejumlah saham emiten komoditas logam industri :
1. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
Meski mencetak rugi bersih di 2024, prospek MDKA dipandang cukup positif dengan perkembangan sejumlah proyek berjalan dan harga emas yang tinggi. Karenanya, kontribusi dari tambang emas Pani di periode mendatang dan ekspansi pada tambang TB copper akan mendorong kinerja. Walaupun harga nikel yang masih akan tertekan serta keterlambatan commissioning proyek perseroan menjadi risikonya.
Rekomendasi: Buy
Target harga: Rp 1.600
Panin Sekuritas, Andhika Audrey
2. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
Prospek INCO di 2025 cukup berhati-hati meskipun adanya potensi pendapatan tambahan dari penjualan limonit 5,3 juta WMT yang diperkirakan menghasilkan US$ 85 juta. Bisnis nikel matte diprediksi tetap stabil dengan produksi sekitar 70 ribu ton dan harga jual rata-rata US$ 12,7 ribu per ton. Biaya operasional diperkirakan tetap terkendali di bawah US$ 10 ribu per ton, seiring efisiensi dan penurunan harga bahan bakar serta batubara. Namun, pengajuan kenaikan tarif royalti dan harga nikel di pasar LME di bawah ekspektasi menjadi tantangannya.
Rekomendasi: Hold
Target harga: Rp 2.720
Buana Capital, Dennis Tay
3. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)
Meskipun ada tekanan dari penurunan harga nikel akibat ketidakpastian global, tetapi pasokan nikel ore yang ketat memberikan dukungan terhadap penjualan. Produksi tahap pertama proyek KPS yang dimulai di kuartal I 2025 diperkirakan akan mendorong volume penjualan saprolit. Biaya operasional diproyeksikan tetap terkendali berkat efisiensi berkelanjutan dan kontribusi tambang GTS yang akan mulai produksi di paruh kedua 2025.
Rekomendasi: Buy
Target harga: Rp 1.100
OCBC Sekuritas, Devi Harjoto
4. PT Timah Tbk (TINS)
Prospek TINS di tahun 2025 tetap positif meskipun menghadapi tantangan eksternal dan kinerja kuartal IV 2024 yang melambat akibat turunnya volume penjualan timah. Perusahaan mencatat perbaikan signifikan di 2024 dengan laba bersih Rp 1,1 triliun, berbalik dari kerugian di tahun sebelumnya, didukung oleh kenaikan volume dan harga jual timah. Produksi dan penjualan timah olahan masih di bawah target, namun strategi peningkatan efisiensi tambang dan ekspansi unit onshore memberi potensi pertumbuhan ke depan.
Rekomendasi: Buy
Target harga: Rp 1.250
Ciptadana Sekuritas Asia, Thomas Radityo
Selanjutnya: Rupiah Melemah di Tengah Penguatan Mata Uang Lain Terhadap Dolar AS
Menarik Dibaca: 25 Desain Banner Paskah 2025 Gratis Edit dan Download di Canva
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News