Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga acuan menekan harga komoditas, termasuk timah.
Mengutip Bloomberg, Jumat (2/3), harga timah kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) turun 0,83% menjadi US$ 21.475 per metrik ton. Sementara, sepekan, harga timah melemah 0,81%.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, rencana The Fed menaikkan suku bunga dengan dukungan data AS yang positif menyebabkan harga timah turun. Ia memproyeksikan data AS ke depan akan positif sehingga pada 22 Maret 2018 The Fed akan menaikkan suku bunganya.
"Kemungkinan besar data yang dirilis AS positif, sehingga suku bunga AS naik dan harga timah kembali turun," kata Ibrahim, Senin (5/3).
Menurut Ibrahim, wajar apabila pada kuartal I harga timah jatuh, karena pelaku pasar terfokus pada komentar bank sentral AS yang akan menaikkan suku bunga.
Selain itu, harga timah jatuh karena terimbas rencana penerapan tarif impor aluminium dan baja di AS. Ibrahim mengatakan, meski yang ditetapkan hanya aluminium dan baja, tetapi hal tersebut berdampak negatif ke harga komoditas lainnya seperti timah. "Wajar kalau harga komoditas berguguran karena ketidakpastian tentang perdagangan global, ini masalah geopolitik dan berpengaruh ke semua komoditas," paparnya.
Namun, Ibrahim memproyeksikan harga timah masih berpotensi naik secara terbatas. Hal ini didukung China yang menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%. China sebagai negara produsen dan konsumen komoditas, sehingga pertumbuhan ekonomi yang positif membuatnya akan lebih banyak mengimpor dan meningkatkan permintaan timah.
Terlebih, kawasan timur tengah sedang gencar membangun infrastruktur, sehingga pada tahun ini, Ibrahim optimistis harga timah akan naik, tetapi tidak signifikan. Kenaikan terbatas lantaran harga timah saat ini sudah tinggi dibandingkan pertumbuhan harga komoditas lainnya.
Reformasi pertambangan China yang kini masih berjalan juga berpotensi membuat harga timah masih akan naik.
Secara teknikal, Ibrahim menganalisis, MA berada di atas bollinger band bawah. Stochastic 60% berada di area positif. Sementara MACD dan RSI 60% berada di area negatif. Faktor ini mengindikasi harga timah cenderung menurun, tetapi hanya dalam jangka pendek.
Ibrahim memproyeksikan setelah masalah geopolitik berakhir dan ada kepastian suku bunga The Fed, harga timah akan segera naik kembali. Prediksinya, Selasa (6/3), harga timah bergerak antara US$ 21.150-US$ 21.390 per metrik ton. Sedangkan, selama sepekan, akan bergulir di kisaran US$ 21.000-US$ 21.550 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News