Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Setelah sempat jatuh, harga timah kemarin bergerak menguat setelah muncul harapan kenaikan permintaan timah dari Amerika Serikat (AS). Tapi, laju indeks dollar AS bakal menjadi hambatan kenaikan harga timah.
Mengutip Bloomberg, Kamis (11/12), kontrak timah bulan Desember 2014 di London Metal Exchange (LME) pukul 12.00 WIB, bertengger di level US$ 20.394 per metrik ton (MT), naik 0,8% dibandingkan hari sebelumnya. Padahal pada penutupan Rabu (11/12), harga timah sempat menukik 1,5% sehari. Sedangkan selama sepekan harga turun 0,05% menjadi US$ 20.394 per MT.
Analis Komoditas dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka Ibrahim mengatakan, perekonomian AS sedang bagus. Defisit anggaran AS pada bulan November 2014 turun 53%, ketimbang bulan sebelumnya menjadi US$ 56,8 miliar. Hasil ini jauh lebih baik ketimbang prediksi pasar, yakni US$ 63,8 miliar.
Ibrahim menyatakan, ini mempengaruhi pembelian timah dari AS, yang merupakan salah satu negara importir timah. "Ini memberikan sentimen positif bagi timah," kata dia, kemarin. Kendati demikian, Ibrahim menilai, kenaikan harga timah hanya sementara. Ia memprediksi, harga timah akan kembali turun ketika indeks dollar AS terus menguat.
Hari ini, ia menduga investor akan cenderung profit taking. Maklum, kemarin malam AS mengumumkan sejumlah indikator ekonomi, seperti penjualan ritel, klaim pengangguran dan cadangan gas alam. Semua data ini memberi sinyal positif. Tapi, akan menekan harga timah karena dollar AS menguat.
Selain itu, tambang timah terbesar di dunia yang berada di Myanmar akan meningkatkan produksi. "Sementara stok tinggi, permintaan menurun karena perlambatan ekonomi dunia," jelas Ibrahim. Sentimen negatif ini diperkeruh oleh situasi perekonomian negara-negara seperti Tiongkok, India dan Eropa yang tengah melambat.
Sedangkan di Indonesia, meskipun menetapkan UU Mineral dan Batubara (Minerba) tapi stok yang tinggi tidak lantas menyusut. "Jumat (12/12), harga timah akan kembali turun," duga Ibrahim. Apalagi pekan depan, The Fed akan menggelar pertemuan yang kemungkinan akan membahas waktu kenaikan suku bunga. Akibatnya pelaku pasar yang bertransaksi menggunakan dollar AS bersikap wait and see.
Komoditas menjadi pihak yang tidak diuntungkan akibat penguatan dollar AS karena harga menjadi mahal. Penurunan harga komoditas pun tak bisa dihindari. Secara teknikal Ibrahim bilang, bollinger band dan moving average (MA) 60% di atas bollinger bawah.
Indikator stochastic di level 60% negatif. Lalu moving average convergence divergence (MACD) berada di level 60% di area positif. Relative strength index (RSI) 65% negatif. Ibrahim memperkirakan, harga timah terus meleleh hingga akhir tahun. Hari ini, harga timah diprediksi bergerak di US$ 20.300-US$ 20.405 per MT. Dalam sepekan ke depan, harga bakal bergerak di kisaran US$ 20.210- US$ 20.430 per MT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News