Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Data manufaktur China yang buruk memicu rontoknya harga tembaga. Dengan lemahnya perekonomian China, harapan kenaikan permintaan tembaga sulit terwujud.
Mengutip Bloomberg pada Senin (4/1), harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange merosot 1,40% ke US$ 4.641 per metrik ton dibandingkan hari sebelumnya. Sepekan terakhir, harga terpangkas 1,08%.
Ibrahim, pengamat komoditas PT SoeGee Futures mengatakan, harga komoditas logam industri jatuh merespons data manufaktur China yang buruk. Ini menjadi tanda bahwa permintaan komoditas dari negeri Tirai Bambu belum akan membaik dalam waktu dekat.
Teranyar, data Caixin Manufactur China Desember 2015 turun dari 48,6 menjadi 48,2. Sebelumnya manufaktur PMI China Desember 2015 hanya terangkat tipis ke level 49,7 dari sebelumnya 49,6. “Sebenarnya ada penurunan stok mingguan di China bisa jadi penopang harga,” jelas Ibrahim.
Sayang, data ini kurang mendapat perhatian dari pelaku pasar. Laporan Shanghai Futures Exchange periode 31 Desember 2015, stok tembaga mingguan turun dari sebelumnya 182.835 ton, menjadi 177.854 ton.
Sentimen dari Peru turut menekan harga. Kementerian Energi dan Pertambangan Peru melaporkan, total produksi tembaga negara itu mencapai 158.652 metrik ton pada November 2015. Angka ini naik 37% dibandingkan November 2014. “Akibat tingginya produksi dari Peru keadaan di pasar global semakin oversupply,” kata Ibrahim.
Kelebihan produksi Peru ini diprediksi masih akan terus berlanjut hingga tahun 2016. Apalagi perusahaan pertambangan di Peru terus berekspansi. Dari Indonesia, pada laporan keuangan PT Freeport Indonesia untuk periode Januari–September 2015, produksi tembaga naik signifikan.
Kontribusi tembaga untuk seluruh tambang Freeport Indonesia mencapai 19,03% atau naik dari sebelumnya 16%. “Selama semua produsen sibuk menggenjot produksi tanpa terjadi perbaikan ekonomi China dan Eropa, sulit mengharapkan harga pulih,” kata Ibrahim.
Secara teknikal, moving average dan bollinger band bergulir 20% di atas bollinger bawah yang mengindikasikan penurunan lanjutan. Lalu, garis MACD dan stochastic keduanya 60% negatif. Hanya saja relative strength index (RSI) level 60% akan menahan kejatuhan harga.
“Penurunan harga tak tajam jika manufaktur Eropa lebih baik dan stok di Shanghai masih turun pekan ini,” tambah Ibrahim. Ibrahim menebak, harga tembaga pada Selasa (5/1) di kisaran US$ 4.541–US$ 4.655. Sepekan harga di US$ 4.320–US$ 4.660 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News